Saturday, December 15, 2012

mbak sri (part1)

Pengalam pertama terjadi saat aku harus nganggur setahun setelah aku lulus SMA. Terus terang ekonomi keluarga yang harus membuat aku harus nganggur setahun. Nah …….dalam tahun itu pengalaman tak terlupakan terjadi. Sambil nunggu bisa kuliah aku bantu kakakku jaga tokonya di kota Sda. Aku berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kira kira 6 jam perjalanan ke kota Sda dimana kakakku tinggal. Kakakku punya toko cukup ramai setiap hari sehingga dia bisa membuka toko kedua di pasar. Karena kekurangan pegawai yang bisa dipercaya maka aku diminta untuk membantu jaga toko kedua ini. Toko yang kedua adalah sebuah ruko sehingga akupun bisa tinggal didalamnya. Ada 3 kamar mandi dan 2 kamar tidur dilantai dua.

Hari pertama buka toko hanya menjadi penonton orang orang yang belanja dipasar itu. Hari sabtu dan minggu adalah hari yang paling ramai karena banyak pembeli dan tengkulak. Tokoku buka jam enam pagi dan tutup jam 3 sore. Setelah beberapa hari, beberapa pembeli mampir membeli beberapa benda kecil. Toko yang aku jaga ini menjual plastik roll, tas plastik, beberapa kebutuhan sehari hari seperti sabun, pasta gigi dan barang barang lain yang terbuat dari plastik. Saat itu kurang banyak toko yang menjual barang barang sejenis itu.
Suatu siang kakakku datang dengan seorang perempuan yang seusiaku, tinggi kurang lebih 168 cm, wajah tidak terlalu cantik tapi tidak juga jelek. Kalau makanan, dia ini makanan yang bisa ditelan tanpa komentar negative . Kulit putih dan ada tahi lalat di rahang sebelah kiri. Sebut saja namanya Sri.

“Polie………… ini loh aku antar Sri untuk bantu kamu. Dia tinggal disini supaya ada yang bisa nyapu sama bersihkan toko. Kalau siang dia juga bisa carikan kamu makanan di dekat sini” kakakku berkata dan setelah itu dia pergi kembali kerumahnya.

Sri, ini cukup ramah dan berani menyapa duluan. Dari pembicaraan aku tahu kalau dia juga baru lulus SMA. Jadi usia kita sama. Yang membedakan adalah dia ini ternyata punya pacar di kampungnya di daerah Pujon Malang. Bapaknya adalah pensiunan Angkatan Laut. Assetnya yang paling gua demenin adalah badannya dan dadanya bro. Bayangkan dengan tinggi badan 168 dan dada 34 C, assetnya sangat menonjol. Pantat tidak begitu besar tapi juga menggairahkan. Aku tidak berpikiran macam macam karena merasa masih lugu. Tidak ada bayangan bahwa dia akan menjadi guru dan pasangan sex ku untuk pertama kalinya.

“Mas Polie, kenapa tidak ngelanjutin kluliah?” suatu hari dia tanya kepadaku
“Biaya kuliah mahal dan belum mampu” aku jawab sekenanya “Kamu sendiri kenapa tidak kuliah? Apa kamu ngga ingin ngelanjutin kuliah?” Aku tanya dia balik.
“Aku sih sebetulnya ingin tapi karena bapakku tidak punya biaya, aku harus kerja dulu semoga aku bisa lanjutin tahun depan. Asal tidak keburu kimpoi? Hehehehe “ dia jawab.
“Memang udah mau kimpoi ya?” selorohku
“Pasti dong, mas Polie memang tidak akan kimpoi ya?” dia balas
“Bah, blom kepikir tuh?” jawabku

Dialog kecil seperti ini sering terjadi setiap hari, dan hal ini seperti merajut sebuah hubungan yang makin erat. Kadang kadang dia menangis karena dia rindu keluarga dan pacarnya yang ada di Malang. Maka aku biasa menghibur dan menyuruhnya menulis surat kepada keluarganya. Maka dia biasanya nurut saja dan meminta ijin aku untuk membeli perangko atau amplop dan mengirimkannya ke kantor pos yang kebetulan berada disekitar pasar.

Ruko dimana aku kerja ini cukup panjang dan barang yang ada belum seberapa banyak jadi supaya tidak kelihatan kosong maka kakakku menyekat dengan 2 lemari panjang untuk memajang barang dagangan. Beberapa barang dagangan digantung di beberapa tali untuk menghemat tempat dan pembeli juga bisa melihat apa saja yang kita jual dengan mudah.

Suatu siang ada barang masuk yang diantar oleh pegawai kakakku. Barangnya banyak dan diantaranya harus digantung untuk dipajang.
Setelah aku periksa dan pegawai kakakku kembali, aku segera bongkar untuk dipajang. Sri, memajang shampoo dan barang sejenis dilemari sedangkan aku harus naik kursi dan memajang barang ditali. Karena aku harus naik turun kursi untuk ngambil barang dan memajangnya. Sri, berhenti dan membantuku mengambil barang yang dilantai sehingga aku tidak perlu lagi naik turun kursi. Pada saat aku ambil barang ditangannya aku tak sengaja sentuh pundaknya.

“Sorry, aku ngga sengaja” aku bilang
“Mas sengaja deh, aku lihat sendiri” dia balas sambil senyum senyum.
“Aku balas nanti tanpa ampun.” Dia lanjutkan.
“Jangan gelitik aku, Sri. Barangnya bisa jatuh dan pecah semua rinso nya” aku beritahu dia.
Dasar mungkin lagi iseng, dia gelitik pinggangku dan aku kaget. Untung barang yang kupegang tidak lepas dari tanganku. “Aku balas gelitik deh nanti hehehehehe” ancamku. Setelah selesai aku pura pura pergi ke dalam untuk cuci tangan. Jam menunjukkan hampir pukul 3 sore dan toko hampir tutup. Maka aku pura pura panggil Sri masuk kedalam. Setelah dia didekatku aku pegang pinggangnya yang ramping dan aku mulai gelitik. Dia ketawa dan aku tidak mau lepaskan begitu saja. Pinggang indah pertama dalam hidupku yang pernah aku pegang.
“Tahu rasa nih, kalau aku balas dendam” ku bilang

Aku gelitik dan dia terus berusaha melepaskan peganganku. Perutnya yang empuk juga terasa sekali karena dia kadang menggeliat kekanan dan kekiri. Aku tidak mau lepaskan begitu saja kesempatan indah ini. Aku pegang terus hingga dia terjerembab kelantai.

“Mas, ampun mas! Ampun berhenti perutku sakit karena ketawa” dia mengaduh.
Pada saat aku lepaskan dia, dia malah menyerangku balik menggelitik pinggangku.

“Ternyata kamu hanya pura pura …………… ya?. Baik dehhhh aku layani” aku teriak sambil ketawa.
Jadinya kita saling gelitik. Junior udah berdiri tinggi karena pengalaman pertama dekat sama tubuh cewek. Badannya sangat lunak dan baunya harum sabun. Rambutnya juga wangi, wah………. Selangit deh rasanya. Ada aliran aneh aku rasa saat pegang perutnya tanpa sengaja seeeeee….rrr seeerr…..rrrr.
Jantungku juga semakin cepat berpacu. Karena terus saling gelitik wajah kita semakin dekat. Perasaan ingin melakukan yang lebih merangsang keinginanku untuk meneruskan permainan gelitik menggelitik. Aku juga makin berani mengexplore jengkal demi jengkal tubuhnya. Karena dia kewalahan menghadapi seranganku dia terduduk dilantai dan aku terus maju wajahku cukup dekat dengan wajahnya.

Dan “ cuuup cuppp” Aku cium pipinya terus aku berdiri dan berjalan menjauh karena aku ingin tahu reaksinya bagaimana.
“Weeeeeeeiiii itu tadi tidak termasuk dalam permainan gelitik, kenapa pake curi cium pipi juga?” selorohnya aku lihat rona merah dipipi kirinya.
“Yaaaaa, nanggung deh, ada pipi didekat yang nganggur aku manfaatkan sedikit saja.” timpalku.
Aku tidak tahu mau apalagi nih. Aku pura pura berjalan kebagian dalam pura pura ambil minuman. Dia mengikutiku dengan diam diam dan tiba tiba dia menyerang menggelitik lagi.
Aku pura pura merasa geli, dan tidak melawan. Aku bisa menggelitik balik kalau mau tapi tidak aku lakukan dan pada kesempatan kedua aku ulangi lagi cium pipinya “cuuup, cuup” tiba tiba dia berhenti dan merangkulku. Pertama kali dekat dengan tubuh wanita seutuhnya membuat jantungku deg degan.
“Cium yang lebih berani bisa tidak?” dia menantang.
“Maksudnya apa?” aku pura pura pilon.
Dia monyongkan bibirnya memintaku untuk menciumnya.
“Aku belum pernah cium cewek, aku belum bisa.” Aku balas jujur.
“Tidak percaya deh, mana sudah begini besar tidak punya pacar?” balasnya
“Aku ajarin sini” dia nyosor bibirku.

Tiba tiba bibir hangat telah menempel di bibirku. Adiik juniorku udah senut senut. Cuma aku tidak tahu mau berbuat apa? Maklum dari sejak kecil tidak tahu apa apa. Dia goyangkan bibirnya dan tiba tiba berhenti.
“Bukan begitu caranya, buka sedikit bibirmu” dia berbisik.

Dia cium lagi sedikit tempelkan bibirnya kebibirku. Jantungku berdesir dengan sentuhan sensitivenya. Aku bingung apa lagi setelah ini. Tiba tiba sesuatu yang lunak dan hangat menjalar kedalam rongga mulutku, aku tidak tahu bagaimana mau bereaksi. Aku hanya diam dan terus merasakan sensasi luar biasa. Tanganku erat erat pegang pipinya, terkadang membelai rambutnya.

“Kok begitu sih?.” Di kulum lidahku dan juga julurkan lidahmu supaya aku bisa hisap.
“Aku tidak tahu nih” aku bisik kedia.
Aku dekatkan lagi wajah dan bibirku untuk melakukan instruksinya. Memang tiada tara sensasi yang kurasa. Semua seperti hal yang baru. Ada semacam kimia yang mengalir dalam diriku. Aku hisap bibir bawahnya dan aku mulai menggerakkan bibirku untuk mengimbangi gerakan gerakan bibrnya. Lidahnya menyapu semua permukaan dinding rongga mulutku. Sensasiku enak semakin kuat. Aku juga julurkan lidahku dia hisap kuat kuat. Aku semakin kalap dan tidak tertahan gelora didalam dada. Nafasku mulai tersengal sengal. Dadanya menempel didadaku aku rasakan gundukan empuk dan lunak didadaku. Tiba tiba dia hentikan ciuman.

“Kamu ……….kenapa?” dia bertanya.
“Huh……..uh? Enak sekali rasanya. Aku jawab sekenanya.
“Memang belum pernah begitu?”
“Belum, kamu yang pertama deh.”
“Asyik dong, dapat bibir perawan” timpalnya.
Jam dinding sudah menunjukan pukul 3.40.
“Gilaaaa, kita udah kesorean tutup toko. Sana kamu pulang kerumah kakak. [Sri, tidak tidur di ruko dimana kita kerja setiap hari. Jadi dia harus pulang kerumah kakak dan tidur disana dengan beberapa pegawai disana.
“Aku harus jawab apa kalau Mas Jaya [kakaku] tanya kenapa aku terlambat pulang?” dia cemas
“Jawab saja kalau kita tadi harus pajang beberapa barang yang masuk dan bersihkan toko.” Aku balas sekenanya.

“Ya udah aku kembali dulu ya?” dia bilang.
“Sri, tunggu dulu! Aku mau titip sesuatu untuk Pardi [keponakanku]. Aku pergi kebelakang pura pura mengambil sesuatu. Aku pura pura cari sesuatu dan dia menyusul ketika dia tunggu agak lama.
“Cari apa mas?” dia tanya.
“Bungkusan hitam, tas plastik.” Jawabku sekenanya. Padahal ini hanyalah sebuah tak tik saja supaya dia menyusulku kebelakang.

“Sri, cium aku dulu dong sebelum kamu pulang kerumah kakak?” pintaku
“Haaaah? Itukah yang kamu cari, mas? Dia ketawa keras.”Kenapa harus pura pura segala”
Dia cium aku lagi, dibibirku. Manis sekali rasanya. Wajahnya sangat bersih dan bening. Dia buka matanya dan mata kita bertemu. Aku peluk dia setelah bibir kita terlepas.

“Trima kasih Bu Sri, untuk pelajaran ciumannya hari ini” aku berbisik.
“Iiiiiii………ih kenapa Bu Sri. Aku kan blom menikah. Ya, hari ini kamu udah sedikit belajar, Cuma harus diperlancar dan diperhalus. Besok latihan lagi ya, supaya tambah pintar.
Dia kembali ke rumah kakakku jalan kaki setiap sore dan setiap kali datang ketoko dipasar ini setiap pagi.
Malam itu aku kepikiran terus dengan lakon kehidupan yang sedang aku jalani. Bayangan wajah Sri, yang aku pegang saat aku cium dan kehangatan bibirnya terasa membekas dibibirku. Tubuhnya yang empuk dan hangat juga masih terasa menempel ditubuhku. Bingung, mau kemana perjalanan hidupku. Jauh dari ibuku [bapakku udah meninggal] dan aku tinggal diruko itu sendiri. Aku ingin membelai rambutnya dan memeluk badannya. Itu saja………..! Belum ada pikiran yang lebih jauh. Lugu……
Dampak dari pindah tempat tinggal adalah kehilangan kontak teman kecil dan saudara dekat. Sehingga aku tidak bisa ceritakan pengalaman manis yang sedang aku alami ini kepada siapapun. Tidak ada rasa takut di dalam hatiku akan akibat akibat apa yang nanti mungkin muncul setelah kejadian. Karena tidak ada kata kata cinta meluncur dari mulutku.
Esoknya bangun lebih cepat dari biasanya karena rasa ingin segera ketemu. Sri, datang dengan senyum manisnya.
“Bisa tidur semalam?” tanyanya.
“Bisa, tapi tidak bisa lelap” aku jawab sekenanya
“Kenapa? Banyak nyamuk ya? Atau Lapar?” Dia menambahkan
“Kalau lapar sih, ada makanan. Nyamuk juga tidak. Cuman seingatku aku kemaren titipkan sesuatu ke kamu dan kamu belum kembalikan ke aku” aku pancing
“Memang mas Polie titip apa kemaren ke aku, aku tidak merasa mas tititpi kok.” Dia kaget
“Aku kemaren titipkan bibirku yang masih perawan kekamu, trus kamu kemanakan bibirku, Sri?” sambil pura pura serius
“Walaaaaaaaah, aku kira serius mas Polie………….!!!, tenang mas. Bibirnya mas Polie masih menempel disini.” Sambil jarinya ditunjukkan ke arah bibirnya. “Memang mas Polie mau ambil kembali ya?. Atau mas polie mau nambah titip lagi?” selorohnya
“Aku cuman mau pastikan saja kok Sri……. Coba kamu kebelakang sebentar aku mau periksa.” Aku berjalan kebelakang dan dia mengikutiku.
“Cuuup, cuuuuup” aku lumat bibir bawahnya dan dia pun membalas cium bibirku. Ini yang aku inginkan semalam. Aku peluk tubuh hangatnya erat erat dan aku belai rambutnya. Matanya tetutup kelihatan sedang menikmati sesuatu. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan tapi aku terus saja pandang dan nikmati halus pipinya. Tidak ada bedak menempel dikulitnya dan tidak ada pemerah bibir dipoleskan. Gadis seperti ini yang aku sukai. Adik juniorku tegak lurus ngacung dengan sensasi yang timbul dari kegiatan pagut memagut.
“Slurp slurp” lidahnya dia julurkan ke rongga mulutku dan aku hisap habis dengan lembut. Aku balas julurkan lidahku ke rongga mulutnya dan diapun memperlakukan hal yang sama. Tiba tiba ketika lidah ku dijepit dengan gigi gigi depannya aku hentikan dan “aaaaah aaaaah “ aku pukul pantatnya. Dia tidak juga lepaskan lidahku. Aku pegang pinggangnya dan aku gelitik, wah dia bertambah keras jepitannya “Aaaaaaaaaammpuuuuunn” kesulitan aku ucapkan. Aku tidak tahu apa yang harus aku buat supaya dia mau lepaskan lidahku. Aku pura pura mau pegang dadanya yang tambun dan empuk.
“Weeeeit” dia lepaskan lidahku. Ternyata cukup efective cara ini.
“Sakit tahu?” aku mendesis.
“Masa? Aku rasa kok tidak ya.” Dia jawab sambil senyum senyum.
“Oh……….mau rasakan ya, sini aku kasih coba.” Aku tarik lengan tangannya dan aku sosor bibirnya. Bodohnya aku dengan harapan seperti itu. Dia tidak buka mulutnya dan julurkan lidahnya.
“Nakal juga kamu ternyata ya…………..!” aku gelitik dia.
“Beli” mana penjualnya ini” kegiatan kami dibelakang lemari pembatas terhenti. Kita layani pembeli setelah kami bercermin untuk mematut diri, karena kita takut dengan keadaan kami yang tidak representative. [Kakakku Jaya, sudah beristri dan punya 2 anak kecil. Sebelum menikah kakak iparku ini membuka salon kecantikan dan mejual alat 2x kecantikan. Jadi dibelakang lemari pembatas itu ada cermin cermin besar yang sering kita temui di salon salon. Dua lemari pembatas itu panjangnya kira kira 3 meter dan masing masih menempel dibagian belakang. Lemari itu diletakkan tidak sejajar, satu agak kedepan dari satunya sehingga ada celah untuk berjalan untuk menuju kebelakang.]
Setelah pembeli pertama selesai dengan belanjaan, aku kembali lagi kebelakang lemari itu. Sri, tetap dibagian depan toko sambil berdiri. Aku melihat bodynya dari belakang dan aku kagumi bentuk tubuhnya yang semampai. Dia memakai rok bawah panjang sehingga seluruh tungkai kakinya tertutupi oleh roknya. Aku tidak mengetahui kenapa dia tidak pernah memakai rok pendek. Rok panjangnya sebetulnya selalu nampak serasi dan tidak kelihatan kampungan, Cuma aku bertanya tanya “Mungkin kakinya ada yang cacat?, atau mungkin kakinya berbulu?”
Beberapa pembeli datang dan pergi, Sri bisa melayani sendiri. Sesaat kemudian dia berjalan kebelakang dan berdiri disampingku. Kita bercermin berdua, aku lebih tinggi kira kira 5 cm dari dia. Tinggi badanku adalah 173 sedangkan dia 168 kira kira.
“Mas Polie, …………? Dia berbisik
“Kenapa…………..? aku tanya
“Tidak………….., nggak jadi………….? Dia bicara lirih.
“Ada apa, katakan!!” aku desak dia.
“Aku rindu sama keluargaku?” dia jawab.
Aku rengkuh badannya dan aku tarik dia kedalam pelukanku. Aku peluk dia sepenuh hati supaya dia merasa nyaman dan tenang. Dia kalungkan kedua tangannya keleherku menikmati pelukanku. Dada besarnya menempel didadaku dan adikku yang tegang menempel keras di pahanya. Bibir kami akhirnya menempel lagi tanpa harus di komando. Penuh dengan gelora, lidah saling menyapu dan bergulat merasakan tingginya birahi kita berdua. Tidak ada kata terucap hanya suara hisapan bibir dan lidah yang terdengar di telinga kita. Aku nikmati seuruh momen dari detik ke detik. Aku telusuri setiap bibirnya dan kulum mesra lidahnya. Aku berhenti sejenak, dan dia buka matanya kembali. Aku melihat raut wajahnya berubah, Cuma saat itu aku tidak bisa membaca bahwa raut wajah yang dia tunjukkan adalah raut wajah nafsu yang lapar untuk segera di tuntaskan.
Tiba tiba tangan kanannya turun dan merayap keperutku, aku agak menggelinjang merasakan sentuhan tangannya di daerah itu. Sentuhan lembut dari jari jari seorang wanita yang halus dan lunak. Dia terus turun seolah olah ingin menggaruk sesuatu dan akhirnya dia memegang adikku. Rasanya ingin meledak saat itu, pegangannya yang empuk dan penuh nafsu. “aaaaaaaaaaaahhhh” aku mengerang. Aku seperti lepas dari sesuatu yang membelenggu dan tidak tahu cara bagaimana peraasan itu tetap disitu. Jari jarinya terus menempel dan hangat terasa di juniorku.
“Mas Polie,…………. aku dari tadi merasa ada sesuatu yang sangat panas di pahaku. Dan rasa itu membuat pahaku gosong seperti di setrika. Kenapa mas Polie bawa batrei kemana mana di dalam celana………..?. Ini Batrei untuk apa untuk apa sih……………..?” tangannya yang lembut terus menempel di Polie juniorku matanya juga tidak lepas dari pandanganku seakan mau jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang dia luncurkan kepadaku.
“Kamu tadi bilang …………..pahamu gosong terkena batrei ABC ku, mana buktinya dan bekasnya?” aku tantang dia
Dia naikkan rok panjangnya perlahan lahan hingga ke paha atasnya. Aku baru sadar keindahaan kaki jenjangnya. Aku begitu terpesona melihat tungkainya yang panjang dan tanpa ada bekas goresan sedikitpun. Aku nikmati saat saat yang sangat singkat melihat bulu bulu halus di betis dan paha putihnya. My jaws dropped to the floor to see what was right in front of me. Speechless!!! This is indeed a pretty creature.
“Tuuu………uh lihat gosongkan???!!!! Sambil nunjuk pahanya yang putih. [Mataku tidak lari dari pahanya yang putih, aku baru tahu selama ini dia menyembunyikan asset lainya di mata banyak lelaki yang suka menikmati paha dan kaki.
“Mana, jangan tuduh sembarangan ya………..!!!!! Tidak ada yang gosong dan terbakar disini…..?” aku mengelak sambil mata terus kepahanya.
“Coba pegang dibagian ini……..! sambil menunjuk paha atasnya.
Aku jongkok dan hampir tidak percaya, darahku mengalir deras seperti dipompa dengan kecepatan tiga kali lipat. Semburat merah memancar dimukaku sangat terasa. Antara malu dan mau menyentuh daerah sensitive seorang gadis. Aku terlalu lugu untuk berpikiran seperti itu. Karena dengan sangat jelas dan tegas dia menginginkan aku untuk merasakan kulit pahanya. Junlor udah mau menyemprotkan muatannya. Aku tidak sadar bahwa matanya diarahkan kemataku, menatapku dengan senyum tantangan. Aku akhirnya gerakkan tangan kananku untuk menyentuhnya. Dan ujung jariku menyentuh benda magis yang empuk……….., hangat………….., mulus dan berbulu lembut dan halus. Aku tersungkur dalam lamunan indah yang tidak aku bisa terjemahkan kebahasa manapun. Nikmat kopi, hanya bisa dinikmati di mulut, nikmat makanan bisa dinikmati sementara kala kita merasa kenyang. Nikmat jari menyentuh benda magis dibawah sana selalu terbawa hingga sekarang.
Aku tutup mata dan tempelkan telapak tanganku, aku tidak tahu apakah aku gemetar atau gagap melakukan itu yang jelas itu adalah pengalaman yang sungguh tak pernah lepas dari ingatan dan memori CPU kepalaku. Kehangatan menjalar lagi melalui ujung jari jari.
“Sri, ……………….ini tidak gosong. Tapi Cuma hangat. Mana yang terbakar?” bersambung

No comments:

Post a Comment