Monday, January 7, 2013

guru

Kemarin melalui seluler
Rina adalah seorang guru sejarah di
smu. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa
anak. Kata orang dia mirip Demi Moore
di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg,
dan 36B. Semua murid-muridnya,
terutama yang laki-laki pengin banget
melihat tubuh polosnya.
Suatu hari Rina terpaksa harus
memanggil salah satu muridnya ke
rumahnya, untuk ulangan susulan. Si
Anto harus mengulang karena ia
kedapatan menyontek di kelas. Anto
juga terkenal karena kekekaran
tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD
bergulat dengan olah raga beladiri,
karenanya ia harus menjaga
kebugaran tubuhnya.
Bagi Rina, kedatangan Anto ke
rumahnya juga merupakan suatu
kebetulan. Ia juga diam-diam naksir
dengan anak itu. Karenanya ia
bermaksud memberi anak itu
'pelajaran' tambahan di Minggu siang
ini."Sudah selesai Anto?", Rina masuk
kembali ke ruang tamu setelah
meninggalkan Anto selama satu jam
untuk mengerjakan soal-soal yang
diberikannya."Hampir bu""Kalau
sudah nanti masuk ke ruang tengah
ya saya tinggal ke
belakang..""Iya..""Bu Rina, Saya sudah
selesai", Anto masuk ke ruang tengah
sambil membawapekerjaannya."Ibu
dimana?""Ada di kamar.., Anto
sebentar ya", Rina berusaha
membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja
mencopot BH-nya untuk merangsang
muridnya itu. Di balik kaus longgarnya
itu bentuk payudaranya terlihat jelas,
terlebih lagi puting susunya yang
menyembul.
Begitu ia keluar, mata Anto nyaris
copot karena melotot, melihat tubuh
gurunya. Rina membiarkan rambut
panjangnya tergerai bebas, tidak
seperti biasanya saat ia tampil di
muka murid-muridnya."Kenapa ayo
duduk dulu, Ibu periksa.."Muka Anto
merah karena malu, karena Rina
tersenyum saat pandangannya
terarah ke buah dadanya."Bagus
bagus..., Kamu bisa gitu kok pakai
menyontek segala..?""Maaf Bu, hari itu
saya lupa untuk belajar..""oo..., begitu
to?""Anto kamu mau menolong
saya?", Rina merapatkan duduknya di
karpet ke tubuh muridnya."Apa Ibu?",
tubuh Anto bergetar ketika tangan
gurunya itu merangkul dirinya,
sementara tangan Rina yang satu
mengusap-uasap daerah 'vital'
nya."Tolong Ibu ya..., dan janji jangan
bocorkan pada siapa--siapa"."Tapi
tapi..., Saya"."Kenapa?, oo..., kamu
masih perawan ya?".Muka Anto
langsung saja merah mendengar
perkataan Rina"Iya""Nggak apa-apa",
Ibu bimbing ya.
Rina kemudian duduk di pangkuan
Anto. Bibir keduanya kemudian saling
berpagutan, Rina yang agresif karena
haus akan kehangatan dan Anto yang
menurut saja ketika tubuh hangat
gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa
merasakan puting susu Rina yang
mengeras. Lidah Rina menjelajahi
mulut Anto, mencari lidahnya untuk
kemudian saling berpagutan bagai
ular.
Setelah puas, Rina kemudian berdiri di
depan muridnya yang masih melongo.
Satu demi satu pakaiannya berjatuhan
ke lantai. Tubuhnya yang polos
seakan akan menantang untuk diberi
kehangatan oleh perjaka yang juga
muridnya ini."Lepaskan pakaiannmu
Anto", Rina berkata sambil
merebahkan dirinya di karpet. Rambut
panjangnya tergerai bagai sutera
ditindihi tubuhnya."Ahh cepat Anto",
Rina mendesah tidak sabar.
Anto kemudian berlutut di samping
gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Pengetahuannya tentang
seks hanya di dapatnya dari buku dan
video saja."Anto..., letakkan tanganmu
di dada Ibu",Dengan gemetar Anto
meletakkan tangannya di dada Rina
yang turun naik. Tangannya kemudian
dibimbing untuk meremas-remas
payudara Rina yang montok
itu."Oohh..., enakk..., begitu caranya...,
remas pelan-pelan, rasakan putingnya
menegang.." Dengan semangat Anto
melakukan apa yang gurunya
katakan."Ibu..., Boleh saya hisap susu
Ibu?".Rina tersenyum mendengar
pertanyaan muridnya, yang berkata
sambil menunduk, "Boleh..., lakukan
apa yang kamu suka".
Tubuh Rina menegang ketika
merasakan jilatan dan hisapan mulut
pemuda itu di susunya. Perasaan yang
ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia
masih bersama suaminya."Oohh..., jilat
terus sayang..., ohh", Tangan Rina
mendekap erat kepala Anto ke
payudaranya.
Anto semakin buas menjilati puting
susu gurunya tersebut, mulutnya
tanpa ia sadari menimbulkan bunyi
yang nyaring. Hisapan Anto makin
keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-
gigit ringan puting gurunya
tersebut."mm..., nakal kamu", Rina
tersenyum merasakan tingkah
muridnya itu."Sekarang coba kamu
lihat daerah bawah pusar Ibu".Anto
menurut saja. Duduk diantara kaki
Rina yang membuka lebar. Rina
kemudian menyandarkan punggungya
pada dinding di belakangnya."Coba
kamu rasakan", ia membimbing
telunjuk Anto memasuki
vaginanya."Hangat Bu.."Bisa kamu
rasakan ada semacam
pentil...?""Iya..""Itu yang dinamakan
kelentit, itu adalah titik peka cewek
juga. Coba kamu gosok-gosok"Pelan-
pelan jari Anto mengusap-usap clitoris
yang mulai menyembul itu."Terus...,
oohh..., ya..., gosok..., gosok", Rina
mengerinjal-gerinjal keenakan ketika
clitorisnya digosok-gosok oleh
Anto."Kalo diginiin nikmat ya Bu?",
Anto tersenyum sambil terus
menggosok-gosok jarinya."Oohh...,
Antoo..., mm", tubuh Rini telah basah
oleh peluh, pikirannya serasa di
awang-awang, sementara bibirnya
merintih-rintih keenakan.
Tangan Anto semakin berani
mempermainkan clitoris gurunya yang
makin bergelora dirangsang birahi.
Nafasnya yang semakin memburu
pertanda pertahanan gurunya akan
segera jebol."Ooaahh..., Anntoo",
Tangan Rina mencengkeram pundak
muridnya, sementara tubuhnya
menegang dan otot-otot
kewanitaannya menegang. Matanya
terpejam sesaat, menikmati
kenikmatan yang telah lama tidak
dirasakannya."Hmm..., kamu lihai
Anto..., Sekarang..., coba kamu
berbaring".Anto menurut saja.
Penisnya segera menegang ketika
merasakan tangan lembut
gurunya."Wah..., wahh.., besar sekali",
tangan Rina segera mengusap-usap
penis yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan
berdenyut-denyut itu masuk ke mulut
Rina. Ia segera menjilati penis
muridnya itu dengan penuh
semangat. Kepala penis muridnya itu
dihisapnya keras-keras, sehingga Anto
merintih keenakan."Ahh...,
enakk...,enakk", Anto tanpa sadar
menyodok-nyodokkan pinggulnya
untuk semakin menekan penisnya
makin ke dalam kuluman Rina.
Gerakannya makin cepat seiring
semakin kerasnya hisapan Rina."oohh
Ibu..., Ibbuu"Muncratlah cairan mani
Anto di dalam mulut Rina, yang segera
menjilati cairan itu hingga
tuntas."Hmm..., manis rasanya Anto",
Rina masih tetap menjilati penis
muridnya yang masih tegak."Sebentar
ya aku mau minum dulu".
Ketika Rina sedang membelakangi
muridnya sambil menenggak es teh
dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan
seseorang mendekapnya dari
belakang."Anto..., biar Ibu minum
dulu"."Tidak..., nikmati saja ini", Anto
yang masih tegang berat mendorong
Rina ke kulkas.Gelas yang dipegang
rina jatuh, untungnya tidak pecah.
Tangan Rina kini menopang tubuhnya
ke permukaan pintu kulkas."Ibu...,
sekarang!""Ahhkk", Rina berteriak,
saat Anto menyodokkan penisnya
dengan keras ke liang vaginanya dari
belakang. Dalam hatinya ia sangat
menikmati hal ini, pemuda yang
tadinya pasif berubah menjadi
liar."Antoo..., enakk..., ohh..., ohh".
Tubuh Rina bagai tanpa tenaga
menikmati kenikmatan yang tiada
taranya. Tangan Anto satu
menyangga tubuhnya, sementara
yang lain meremas payudaranya. Dan
penisnya yang keras melumat liang
vaginanya."Ibu menikmati ini khan",
bisik Anto di telinganya"Ahh..., hh",
Rina hanya merintih, setiap merasakan
sodokan keras dari belakang."Jawab...,
Ibu", dengan keras Anto mengulangi
sodokannya."Ahh...,iyaa""Anto..., Anto
jangann..., di dal.. La" belum sempat ia
meneruskan kalimatnya, Rina telah
merasakan cairan hangat di liang
vaginanya menyemprot keras.
Kepalang basah ia kemudian
menyodokkan keras
pinggulnya."Uuhgghh", penis Anto
yang berlepotan mani itupun amblas
lagi ke dalam liang Rina."Ahh".
Kedua insan itupun tergolek lemas
menikmati apa yang baru saja mereka
rasakan.
Setelah kejadian dengan Anto, Rina
masih sering bertemu dengannya
guna mengulangi lagi perbuatan
mereka. Namun yang mengganjal hati
Rina adalah jika Anto kemudian
membocorkan hal ini ke teman-
temannya.
Ketika Rina berjalan menuju mobilnya
seusai sekolah bubar, perhatiannya
tertumbuk pada seorang muridnya
yang duduk di sepeda motor di
samping mobilnya, katakanlah dia
Reza. Ia berbeda dengan Anto,
anaknya agak pembuat onar jika di
kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak
tidak enak melihat situasi ini."Bu Rina
salam dari Anto", Reza melemparkan
senyum sambil duduk di sepeda
motornya."Terima kasih, boleh saya
masuk", Ia harus berkata begitu
karena sepeda motor Reza
menghalangi pintu mobilnya."Boleh...,
boleh Bu saya juga ingin pelajaran
tambahan seperti Anto."Langkah Rina
terhenti seketika. Namun otaknya
masih berfungsi normal, meskupun
sempat kaget."Kamu kan nilainya
bagus, nggak ada masalah kan..",
sambil duduk di balik kemudi."Ada
sedikit sih kalau Ibu nggak bisa
mungkin kepala guru bisa membantu
saya, sekaligus melaporkan pelajaran
Anto", Reza tersenyum penuh
kemenangan."Apa hubungannya?",
Keringat mulai menetes di dahi
Rina."Sudahlah kita sama-sama tahu
Bu. Saya jamin pasti puas".
Tanpa menghiraukan omongan
muridnya, Rina langsung menjalankan
mobilnya ke rumahnya. Namun ia
sempat mengamati bahwa muridnya
itu mengikutinya terus hingga ia
menikung untuk masuk kompleks
perumahan.Setelah mandi air hangat,
ia bermaksud menonton TV di ruang
tengah. Namun ketika ia hendak
duduk pintu depan diketuk oleh
seseorang. Rina segera menuju pintu
itu, ia mengira Anto yang datang.
Ternyata ketika dibuka"Reza! Kenapa
kamu ngikuutin saya!", Rina agak
jengkel dengan muridnya ini."Boleh
saya masuk?"."Tidak!"."Apa guru-guru
perlu tahu rahasiamu?"."!!"dengan
geram ia mempersilakan Reza
masuk."Enak ya rumahnya, Bu",
dengan santainya ia duduk di dekat
TV. "Pantas aja Anto senang di
sini"."Apa hubunganmu dengan Anto?,
Itu urusan kami berdua", dengan
ketus Rina bertanya."Dia teman dekat
saya. Tidak ada rahasia diantara kami
berdua"."Jadi artinya", Kali ini Rina
benar-benar kehabisan akal. Tidak
tahu harus berbuat apa."Bu, kalo saya
mau melayani Ibu lebih baik dari Anto,
mau?", Reza bangkit dari duduknya
dan berdiri di depan Rina.Rina masih
belum bisa menjawab pertanyaan
muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.
Rina masih belum bisa menjawab
pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya
panas dingin. Belum sempat ia
menjawab, Reza telah membuka
ritsluiting celananya. Dan setelah
beberapa saat penisnya meyembul
dan telah berada di
hadapannya."Bagaimana Bu, lebih
besar dari Anto khan?".Reza ternyata
lebih agresif dari Anto, dengan satu
gerakan meraih kepala Rina dan
memasukkan penisnya ke mulut
Rina."Mmpfpphh"."Ahh yaa..., memang
Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja
Bu..., nikmat kok"Rupanya nafsu
menguasai diri Rina, menikmati penis
yang besar di dalam mulutnya, ia
segera mengulumnya bagai permen.
Dijilatinya kepala penis pemuda itu
dengan semangat. Kontan saja Reza
merintih keenakan."Aduhh..., nikmat
sekali Bu oohh", Reza menyodok-
nyodokkan penisnya ke dalam mulut
Rina, sementara tangannya meremas-
remas rambut ibu gurunya itu. Rina
merasakan penis yang diisapnya
berdenyut-denyut. Rupanya Reza
sudah hendak keluar."oohh..., Ibu
enakk..., enakk..., aahh".Cairan mani
Reza muncrat di mulut Rina, yang
segera menelannya. Dijilatinya penis
yang berlepotan itu hingga bersih.
Kemudian ia berdiri."Sudahh..., sudah
selesai kamu bisa pulang", Namun
Rina tidak bisa memungkiri
perasaannya. Ia menikmati mani Reza
yang manis itu serta membayangkan
bagaimana rasanya jika penis yang
besar itu masuk ke vaginanya."Bu, ini
belum selesai. Mari ke kamar, akan
saya perlihatkan permainan yang
sebenarnya.""Apa! beraninya kamu
memerintah!", Namun dalam hatinya
ia mau. Karenanya tanpa berkata-kata
ia berjalan ke kamarnya, Reza
mengikuti saja.
Setelah ia di dalam, Rina tetap berdiri
membelakangi muridnya itu. Ia
mendengar suara pakaian jatuh,
dugaannya pasti Reza sedang
mencopoti pakaiannya. Ia pun segera
mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia
hendak melepaskan kancing
dasternya."Sini saya teruskan", ia
mendengar Reza berbisik ke
telinganya. Tangan Reza segera
membuka kancing dasternya yang
terletak di bagian depan. Kemudian
setelah dasternya jatuh ke lantai,
tangan itupun meraba-raba
payudaranya. Rina juga merasakan
penis pemuda itu diantara belahan
pantatnya."Gilaa..., besar amat",
pikirnya. Tak lama kemudian iapun
dalam keadaan polos. Penis Reza
digosok-gosokkan di antara
pantatnya, sementara tangan pemuda
itu meremasi payudaranya. Ketika
jemari Reza meremas puting susu
Rina, erangan kenikmatan pun
keluar."mm oohh".Reza tetap
melakukan aksi peremasan itu dengan
satu tangan, sementara tangan
satunya melakukan operasi ke vagina
Rina."Reza..., aahh..., aahh", Tubuh
Rina menegang saat pentil clitorisnya
ditekan-tekan oleh Reza."Enak Bu?",
Reza kembali berbisik di telinga
gurunya yang telah terbakar oleh api
birahi itu.
Rina hanya bisa menngerang,
mendesah, dan berteriak lirih. Saat
usapan, remasan, dan pekerjaan
tangan Reza dikombinasi dengan
gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba
Reza mendorong tubuh Rina agar
membungkuk. Kakinya di
lebarkan."Kata Anto ini posisi yang
disukai Ibu""Ahhkk..., hmm..., hmmpp",
Rina menjerit, saat Reza dengan keras
menghunjamkan penisnya ke liang
vaginanya dari belakang.""Ugghh...,
innii..., innii", Reza medengus penuh
gairah dengan tiap hunjaman
penisnya ke liang Rina. Rinapun
berteriak-teriak kenikmatan, saat
liang vaginanya yang sempit itu
dilebarkan secara cepat."Adduuhh...,
teruss.., teruss Rezaa..., oohh", Kepala
ibu guru itu berayun-ayun,
terpengaruh oleh sodokan Reza.
Tangan Reza mencengkeram pundak
Rina, seolah-olah mengarahkan tubuh
gurunya itu agar semakin cepat saja
menelan penisnya."Oohh Rina...,
Rinnaa".Rina segera merasakan cairan
hangat menyemprot di dalam
vaginanya dengan deras. Matanya
terpejam menikmati perasaan yang
tidak bisa ia bayangkan.
Rina masih tergolek kelelahan di
tempat tidur. Rambutnya yang hitam
panjang menutupi bantalnya, dadanya
yang indah naik-turun mengikuti
irama nafasnya. Sementara itu
vaginanya sangat becek, berlepotan
mani Reza dan maninya sendiri. Reza
juga telajang bulat, ia duduk di tepi
tempat tidur mengamati tubuh
gurunya itu. Ia kemudian duduk
mendekat, tangannya meraba-raba
liang vagina Rina, kemudian
dipermainkannya pentil kelentit
gurunya itu."mm capek..., mm", bibir
Rina mendesah saat pentilnya
dipermainkan. Sebenarnya ia sangat
lelah, tapi perasaan terangsang yang
ada di dalam dirinya mulai muncul lagi.
Dibukanya kakinya lebar-lebar
sehingga memberikan kemudahan
bagi Reza untuk memainkan
clitorisnya."Rezz aahh", Tubuh Rina
bergetar, menggelinjang-gelinjang
saat Reza mempercepat permainan
tangannya."Bu..., balik..., Reza pengin
nih""Nakal kamu ahh", dengan
tersenyum nakal, Rina bangkit dan
menungging. Tangannya memegang
kayu dipan tempat tidurnya. Matanya
terpejam menanti sodokan penis Reza.
Reza meraih payudara Rina dari
belakang dan mencengkeramya
dengan keras saat ia menyodokkan
penisnya yang sudah
tegang"Adduuhh..., owwmm", Rina
mengaduh kemudian menggigit
bibirnya, saat lubang vaginannya yang
telah licin melebar karena desakan
penis Reza."Bu Rina nikmat lho vagina
Ibu..., ketat", Reza memuji sambil
menggoyang-goyangkan
pinggulnya."mm..., aahh..., ahh...,
ahhkk", Rina tidak bisa bertahan
untuk hanya mendesah. Ia berteriak
lirih seiring gerakan Reza. Badannya
digerakkannya untuk mengimbangi
serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh
juga dari remasan muridnya
itu."Ayoo..., aahh.., ahh... Mm.., buat
Ibu keluuaa.. Rr lagi...". Gerakan Rina
makin cepat menerima sodokan Reza.
Tangan Reza beralih memegangi
tubuh Rina, diangkatnya gurunya itu
sehingga posisinya tidak lagi "doggy
style", melainkan kini Rina menduduki
penisnya dengan membelakangi
dirinya. Reza kini telentang di tempat
tidur yang acak-acakan dan penuh
oleh mani yang mengering."Ooww..",
Teriakan Rina terdengar keras saat ia
tidak bisa lagi menahan orgasmenya.
Tangannya mencengkeram tangan
Reza, kepalanya mendongak
menikmati kenikmatan yang menjalar
ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza
sendiri tetap menusuk-nusukkan
penisnya ke vagina Rina yang makin
becek."Ayoo..., makin dalam
dalamm"."Ahh.., aahh..., aahh..",
Rezapun mulai berteriak-teriak."Mau
kelluuaarr"Rina sekali lagi
memejamkan matanya, saat mani Reza
menyemprot dalam liang vaginanya.
Rina kemudian ambruk menindih
tubuh Reza yang basah oleh keringat.
Sementara diantara kaki-kaki mereka
mengalir cairan hangat hasil
kenikmatan mereka."Bu Rina...,
sungguh luar biasa, Coba kalau Anto
ada disini sekarang"."mm memangnya
kamu mau apa", Rina kemudian
merebahkan dirinya di samping Reza.
Tangannya mengusap-usap puting
Reza."Kita bisa main bertiga, pasti
lebih nikmat.."Rina tidak bisa
menjawab komentar Reza, sementara
perasaannya dipenuhi kebingungan.
Akhirnya hari kelulusan murid klas 3
sampai juga. Dengan demikian Rina
harus berpisah dengan kedua murid
yang disayanginya, terlebih lagi ketika
ia harus pindah ke kota lain untuk
menempati pos baru di Kanwil.
Karenanya ia memanggil Anto untuk
datang ke rumahnya untuk
memberitahukan perihal
kepindahannya.Ketika seputar
Indonesia mulai ditayangkan, Anto
muncul. Ia langsung dipersilakan
duduk."Bu, Anto kangen lho"."Iya
deh..., nanti. Gini, Ibu bulan depan
pindah ke kota B, soalnya akan
dinaikkan pangkatnya. Jadi..., jadi...,
Ibu ingin malam ini malam terakhir
kita", mata Rina berkaca-kaca ketika
mengucapkan itu."…………..", Anto
tidak bisa menjawab. Ia kaget
mendengar berita itu. Baginya Rina
merupakan segalanya, terlebih lagi ia
telah mendapatkan pelajaran
berharga dari gurunya itu."Tapi Anto
masih boleh berkirim surat kan?".Rina
bisa sedikit tersenyum melihat
muridnya tabah, "Iya..., boleh...,
boleh"."Minum dulu Nto, ada es teh di
meja makan. Kalau sudah nonton VCD
di kamar yaa", Rina mengerling nakal
ke muridnya sambil beranjak ke
kamar. Di kamar ia mengganti
pakaiannya dengan kimono
kegemarannya, melepas BH,
menghidupkan AC dan tentu saja
menyetel VCD 'Kamasutra-nya
Penthouse". Lalu ia tengkurap di
tempat tidur sambil menonton TV.
Diluar Anto meminum es teh yang
disediakan Rina dan membiarkan pintu
depan tidak terkunci. Ia mempunyai
rencana yang telah disusun rapi.Lalu
Anto menyusul Rina ke kamar tidur.
Begitu pintu dibuka ia melihat
gurunya tengkurap menonton VCD
dengan dibalut kimono merah tipis,
lekuk tubuhnya jelas terlihat.
Rambutnya yang panjang tergerai di
punggungnya bagai gadis iklan
shampo Pantene."Ganti pakaian itu
Nto..", Rina menunjuk celana pendek
dan kaos tipis yang terlipat rapi di
meja riasnya.
Ketika Anto sedang mencopot
celananya Rina sempat melihat penis
pemuda itu menyembul di balik CD GT
Man-nya. Setelah selesai Anto juga
tengkurap di samping Rina."Sudah liat
film ini belum? Bagus lho untuk info
posisi-posisi ngesex"."Belum tuh...",
Mata Anto tertuju pada posisi dimana
si wanita berdiri memegang pohon
sementara si pria memasukkan
penisnya dari belakang, sambil
meremas-remas payudara
partnernya."mm..., itu posisi fave
saya. Kalau kamu suka nanti CD itu
bisa kamu ambil"."Thanx..", Anto
kemudian mengecup pipi gurunya.
Adegan demi adegan terus bergulir,
suasana pun menjadi semakin panas.
Rina kini tengkurap dengan tidak lagi
mengenakan selembar benangpun.
Demikian pula Anto. Anto kemudian
duduk di sebelah gurunya itu,
dibelainya rambut Rina dengan
lembut, kemudian disibakkannya ke
sebelah kiri. Bibir Anto kemudian
menciumi tengkuk Rina, dijilatinya
rambut-rambut halus yang tumbuh
lebat."aahh..."Setelah puas, Anto
kemudian memberi isyarat pada Rina
agar duduk di pangkuannya."Bu, biar
Anto yang puasin ibu malam ini...",
Bisik Anto di telinga Rina. Rina yang
telah duduk di pangkuan Anto pasrah
saja saat kedua tangan muridnya
meremas-remas payudaranya yang
liat. Kemudian ia menjerit lirih saat
puting susunya mendapat
remasan."Akhh...", Rina memejamkan
matanya."Anto..., jilatin vagina ibu..."
Anto kemudian merebahkan Rina,
dibukanya kaki gurunya itu lebar-
lebar, kemudian dengan perlahan ia
mulai menjilati vagina gurunya. Bau
khas dari vagina yang telah basah
oleh gairah itu membuat Anto kian
bernafsu."oohh..., teruss..., teruuss...",
Rina bergetar merasakan kenikmatan
itu. Tangannya membimbing tangan
Anto dalam meremasi susunya.
Memberikan kenikmatan
ganda."Jilatin..., pentil itu..., oohohh",
Bagai dikomando Anto menjilati pentil
clitoris Rina, dengan penuh
semangat."Aduuhh….. Oohh…oohh…
hh.. Hh…..""Anto..., massuukk".
Kaki Rina kemudian disampirkannya ke
pundak, dan dengan cepat
disodokkannya penisnya ke vagina
Rina yang becek."mm...", Rina
menggigit bibirnya. Meskipun lubang
vaginanya telah licin, namun penis
yang besar itu tetap saja agak
kesulitan menerobos masuk."Uuhh...,
masih susah juga ya Bu...", Anto
sambil meringis memaju mundurkan
penisnya. Ia merasakan penisnya
bagai diremas-remas oleh tangan
yang sangat halus saat di dalam.
Tangan Rina mempermainkan puting
Anto. Dengan gemas dicubitnya
hingga Anto berteriak."Uhh..., nakal,
Ini balasannya!", sodokan Anto makin
keras, lebih keras dari saat ia
memasukkan penisnya."aa...".
Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan
Rina terkejut, tapi tidak bagi Anto.
Reza sudah berdiri di muka pintu,
senjatanya telah tegak berdiri."mm...,
hot juga permainan Ibu dengan Dia,
boleh saya bergabung?", Reza
kemudian berjalan mendekati mereka.
Rina yang hendak berdiri ditahan oleh
Anto, yang tetap menjaga penisnya di
dalam vagina rina."Nikmati saja..."Reza
kemudian mengangkangi Rina,
penisnya berada tepat di
mukanya."Isap... Ayoo", sambil
memasukkan penisnya. Saat itu pula
Anto menghentakkan gerakannya.
Saat Rina berteriak, saat itu pula penis
Reza masuk."Ahh..., nikmat..", Rina
merem-melek menghisap-hisap penis
muridnya, sementara Anto dengan
puas menggarap vaginanya."uufff...,
jilatin..., jilatt", tangan Reza
memegangi kepala Rina, agar semakin
dalam saja mengisap penisnya.
Posisi itu tetap bertahan hingga
akhirnya Anto keluar duluan. Maninya
menyemprot dengan leluasa di lubang
vagina gurunya yang cantik.
Sementara Reza tetap mengerang-
erang sambil medorong-dorong
kepala Rina.Setelah Anto
mengeluarkan penisnya dari vagina
Rina, "Berdiri menghadap tembok
Bu!"Rina masih kelelahan. Ia telah
orgasme pula saat Anto keluar, namun
ia tidak bisa teriak karena ada penis di
mulutnya. Saat ia berdiri dengan
tangan di tembok menahan tubuhnya,
mani anto menetes ke lantai."mm...,
Nto..., liat tuh punya kamu..", seru
Reza sambil tertawa. Ia kemudian
menempelkan tubuhnya ke Rina.
Penisnya tepat berada di antara
kedua pantat Rina."Nih Bu rasakan
punya Reza juga ya".
Anto dengan santai menyaksikan
temannya menggarap gurunya dari
belakang. Tangan Reza memegangi
pinggang Rina saat ia menyodok-
nyodokkan penisnya keluar masuk
dengan cepat. Saat Rina merintih-
rintih menikmati permainan mereka,
Anto merasakan penisnya tegang lagi.
Ia tidak tahan melihat pemandangan
yang sangat erotik sekali.Kedua insan
itu saling mengaduh, mendesah, dan
berteriak lirih seiring kenikmatan yang
mereka berikan dan
rasakan."ooww...", Tubuh Rina yang
disangga Reza menegang, kemudian
lemas. Anto menduga mereka berdua
telah sampai di puncak kenikmatan.
Timbul isengnya, ia kemudian
mendekati mereka dan menyusup
diantara Rina dan tembok.
Dipindahkannya tangan Rina ke
pundaknya, dan penisnya
menggantikan posisi milik
Reza."Anto...", Lagi-lagi Rina mendesah
saat penis Anto masuk dan
pinggulnya didorong oleh Reza dari
belakang."Ahh.. Ahh…. Dorongg…
dorongg………….""aa.. Aa...
Aa"."oohhkk..., kk..., kk..", Rina
berteriak keras sekali, saat dorongan
Reza sangat keras menekan
pinggulnya. penis Anto amblas hingga
mencapai pangkalnya masuk ke
vagina Rina. Saat itu pula ia
merasakan penis yang berdenyut-
denyut itu melepaskan muatannya
untuk kedua kali.

No comments:

Post a Comment