Monday, January 28, 2013

hukuman untuk guru

Perkenalkan namaku Tommy, aku sekarang sedang sekolah ternama di Ibukota negara ini. Orang tuaku adalah orang terkaya di negeri ini. Bahkan sekolah tempat aku belajar dimiliki oleh orang tuaku, yang kemudian diberikan pada aku. Sehingga aku adalah pemilik sekolah ini.

Sekolah ini mempunyai banyak sekali murid-murid, terutama dari orang-orang kaya. Orang tua mereka sangat senang mengingingkan anak mereka untuk sekolah di sini. Mereka ingin agar anak mereka kenal dengan aku, dengan harapan posisi mereka atau usaha mereka dapat terus berkembang, dengan bantuan aku.

Banyak sekali teman-teman aku, yang sangat baik dengan aku, mereka ingin agar jabatan orang tua mereka dapat naik pangkat, atau usaha orang tua mereka dapat berkembang terus. Banyak sekali siswi-siswi yang sengaja yang mendekatiku agar keluarga mereka dapat ditingkatkan perekonomiannya. Banyak siswi yang sengaja mengajakku tidur, tentu saja aku hanya memilih yang cantik-cantik saja. Dan setiap kali mereka tidur dengan aku, keesokkan harinya orang tuanya naik jabatan.

Tahun Ajaran Baru

Hari ini adalah adalah hari pertama sekolah, kini aku sudah kelas 3 IPA. Banyak sekali siswi-siswi baru, yang baru masuk kelas 1. Aku mengincar mereka siapa tahu ada yang cantik dan seksi.

Aku melihat ada siswi cantik yang bernama Heni, langsung saja aku coba mendekatinya.

"Heni.. dipanggil oleh Tommy", temanku Ken berkata pada Heni.

"Oh Tommy pemilik sekolah ini yah", Heni menjawab dengan senang.
Tentu saja ia senang karena itulah tujuan dia sekolah disini.

Pada jam istirahat, aku memanggil Heni ke sebuah ruangan kosong. Disana aku merayu Heni, dan mencoba berkenalan dengan dia. Dan akhirnya aku mencoba mencium dia.

"Tommy..", balas Heni sambil menciumku juga.

Aku mencoba memasukkan tanganku kedalam baju dia. Astaga susunya kenyal sekali, rasanya tanganku seperti memegang karet saja, kenyal sekali. Aku meremas - remas susunya.

"Ahh..", desah Heni.

Tiba-tiba pintu terbuka, aku menengok dan melihat guru baru.
"Hei apa yang kalian lakukan, cepat kembali ke kelas", teriak guru tersebut.
Astaga baru kali ini ada yang memarahi aku, guru tersebut tidak mengetahui posisiku di sekolah ini, bahwa aku sebagai raja di sekolah ini. Dengan rasa dongkol aku kembali ke kelas.

Aku memberitahu Ken temanku agar menghukum guru tersebut. Kemudian Ken menghubungi Kepala Sekolah agar mereka bertemu. Kemudian Kepala Sekolah, Ken dan guru tersebut yang bernama Cindy bertemu. Kepala Sekolah menyampaikan bahwa tidak ada yang boleh mengganggu Tommy di sekolah, dan guru tersebut harus dihukum. Jika tidak mau dihukum, maka keluarga Cindy akan dihancurkan perekonomiannya, mereka akan menjadi gelandangan. Cindy yang baru berumur 18 tahun dan sedang kuliah Kedokteran dan menjadi guru honorer di sekolah ini dengan terpaksa menyetujuinya.

Hukuman Hari Pertama

Hari ini adalah hukuman untuk guru cantik bernama Cindy. Pada jam pertama ini, aku belajar biologi diajar oleh Cindy. Ketika ia masuk, Ken memberitahu bahwa ia harus mengajar tanpa pakaian. Tadinya ia tidak mau dan ingin keluar dari sekolah ini, tapi karena diancam keluarganya akan menjadi gelandangan ini mau menuruti. Dengan berurai air mata, ia melepas blazer dan roknya. Terlihat bahwa tubuhnya dengan tinggi 166 cm dan berat 47 kg, mempunyai kulit yang putih sekali.

"Bu Cindy, lepas BH dan Celana dalamnya", teriak Ken.

Dengan ragu-ragu ia melepas BH yang berukuran 34B dan celananya, terlihat ia memiliki susu yang tidak terlalu besar tetapi putih sekali dan rambut kemaluan yang hitam tapi tidak terlalu lebat.

Dengan malu-malu ia mengajar kami selama 2 jam pelajaran dengan bugil. Tentu saja perhatian anak-anak cowok tidak pada pelajarannya, tetapi mengaggumi tubuh bugilnya. Cindy mengajar dengan kacau balau, sambil menerangkan ia mencoba menutupi tubuhnya, tentu saja tidak bisa, karena ia harus mencatat di papan tulis dan harus menerangkan. Beberapa anak laki-laki mencubit tubuhnya, ketika melewati mereka. Cindy hanya bisa menerangkan sambil terisak-isak.

Rasanya dua jam pelajaran berlangsung cepat sekali, berikutnya pelajaran matematika yang membosankan oleh Pak Ginanjar. Aku membisikan Ken, hukuman selanjutnya.

"Bu Cindy, dua jam pelajaran ini, harus mengulum punya Tommy", kata Tommy kepada Cindy.

Ketika Pak Ginajar mulai menerangkan, dengan ragu-ragu Cindy jongkok dihadapanku. Kemudian ia membuka reseleting celanaku, dan mulai mengeluarkan penisku. Ia kemudian memegang kemaluanku, rasanya hangat sekali tangan Cindy. Ia mulai mengulum penisku yang panjangnya 17 cm. Ia memaju mundurkan mulutnya, rasanya enak sekali, sambil mendengarkan pelajaran matematika, sambil diurut penisku oleh mulut guru muda yang cantik ini. Sampai suatu kali rasanya ingin mengeluarkan sesuatu. Aku menarik rambut Cindy, agar kepalanya bergerak lebih cepat.

"Ah..", desahku sambil mengeluarkan air mani kedalam mulutnya sebanyak mungkin.

"Oupch..", terdengar suara Cindy yang kehabisan nafas, harus menelan air maniku sambil menangis.

Hukuman Hari Kedua

Hari ini aku memberi tahu Ken hukuman Cindy.
"Bu Cindy, hari ini harus masuk lagi ke kelas 3, sambil menerangkan tentang hubungan seks, sambil diperagakan dengan Tommy", kata Ken kepada Cindy.

"Apa..", teriak Cindy.
"Bu, ingat keluarga Ibu", ancam Ken.

Akhirnya Cindy menyetujuinya. Pada jam pelajaran kelima, Cindy masuk ke kelas 3.
Anak laki-laki berteriak, "Buka.. buka.. buka..".
Dengan gemetar Cindy kembali membuka seluruh pakaiannya.

"Anak-anak, Ibu sekarang mau menerangkan tentang hubungan seks" kata Cindy sambil gemetar.
"Tommy tolong kesini" kata Cindy.
Aku lalu maju kedepan, lalu Cindy membuka celanaku.
"Pertama-tama dilakukan pemanasan dulu", kata Cindi sambil meletakan tanganku pada susunya. Langsung aku meremas-remas dengan keras, enak sekali pikirku. Tampak Cindy kegelian. Lalu Cindy meremas penisku.

Setelah beberapa lama, aku mulai tak sabar, lalu dengan cepat aku mencoba memasukkan penisku ke vagina Cindy. Cindy berusaha menghindar sambil menangis. Aku menyuruh anak-anak cewek agar memegangi tubuh Cindy, sambil dipegang oleh 4 orang anak cewek, aku memamasukkan penisku kedalam vaginanya. Astaga rasanya sempit sekali, aku merasa ia masih perawan. Lalu dengan cepat aku mengocok penisku didalam vaginanya.

"Bu ayo.. teruskan menerangkannya", kataku pada Cindy.
"Beginilah caranya bersenggama anak-anak", Cindy menerangkan sambil menangis.
Aku terus mengocok penisku di dalam vagina cindy. Dari posisi berdiri kami melakukannya, tidak puas dengan posisi ini aku mencabut penisku dari vaginanya, lalu mencoba posisi doggi style. Aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya, sementara itu tanganku meremas-remas susunya dari belakang. Rasanya empuk sekali, sementara itu penisku digoyangkan terus.

Tiba-tiba Cindy mengejang, dengan meremas penisku dengan kuat, ternyata ia mengalami orgasme. Teman-temanku pada tertawa melihatnya. Tak lama kemudian aku juga mengeluarkan air maniku di dalam vaginanya dengan kuat. Terlihat wajah Cindy yang kaget dan ketakutan menerima sperma di dalam vaginanya. Semua teman-teman bersorak melihatnya.

Hukuman Hari Ketiga

"Bu Cindy hari ini harus mengumpulkan dua liter sperma dari seluruh laki-laki di sekolah ini", kata Ken kepada Cindy sambil memberikan botol berukuran dua liter.

Dengan bugil, Cindy masuk ke kelasku. Sementara guru yang lain mengajar, Cindy mengocok penisku dengan cepat agar cepat mengeluarkan air maniku. Tidak tahan akan kocokan Cindy yang cepat, aku mengeluarkan sperma ke dalam botol tersebut. Cindy berpindah ke setiap anak laki-laki yang ada di kelasku dan mengocok penis mereka agar cepat mengeluarkan sperma. Dua jam sudah berlalu, seluruh laki-laki sudah mengeluarkan spermanya, dan ternyata hanya ada seperempat liter.

"Bu Cindy, cepat kocok penis anak laki-laki di kelas lain juga" kata Ken.

Akhirnya Cindy berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya, untuk mengumpulkan sperma. Setiap kelas kelas yang dimasuki Cindy, terdengar suara riuh. Banyak anak laki-laki yang dikocok penisnya, juga menggerayangi tubuhnya.

Akhirya jam sekolah selesai, dengan tangan yang lelah dengan muka yang penuh sperma, karena ada beberapa orang yang sengaja menyemprotkan spermanya ke mukanya. Cindy datang kepada aku dan Ken sambil memberikan dua liter sperma.
"Bu Cindy, tahu apa yang harus kamu lakukan sekarang" kata Ken.
"Tidak tahu" kata Cindy.
"Minum sperma tersebut", kata Ken.
"..", Cindy tampak lemas sekali dan tertunduk.
Tiba-tiba kelasku dipenuhi banyak siswa dari kelas lain.
"Minum.. minum.. minum.." teriak mereka.
Akhirnya Cindy sedikit demi sedikit meminum sperma tersebut, beberapa kali muntah, tapi kami minta agar sperma tersebut dijilati. Setelah lima belas menit habislah sperma tersebut.

Hukuman Hari Keempat

Hari ini ada upacara bendera, Bu Cindy sudah disuruh oleh Ken agar menjadi pemimpin upacara. Tentu saja dengan tidak mengenakan pakaian apapun juga. Semua anak di sekolahku sudah berkumpul di lapangan upacara. Ketika pemimpin upacara memasuki lapangan upacara, tampak Cindy berjalan dengan tanpa pakaian apapun ke tengah-tengah lapangan. Tampak susunya bergoyang-goyang sesuai dengan langkahnya. Seluruh anak-anak berteriak membahana melihatnya.

"Upacara siap dimulai", teriak cindy ditengah lapangan dengan mengacungkan tongkat upacara. Tampak Cindy berlinang air mata, karena ditatap oleh ratusan murid.

Ketika upacara dimulai, sesuai dengan yang diperintahkan oleh Ken, ia mulai memasukkan tongkat upacara kedalam vaginanya. Murid-murid kaget dan tertawa melihatnya. Cindy terus memasukkan dan mengeluarkan tongkat tersebut sambil ditatap oleh seluruh murid di sekolah ini.
"Hayo Bu terus", teriak beberapa anak.
Cindy tampak pucat sekali dan lemas sekali, beberapa saat kemudian dia mulai merasa akan orgasme, Cindy berusaha bertahan tidak mau terlihat orgasme sambil ditatap oleh ratusan murid.
Tapi lama kelamaan dia tidak tahan, dan mulai mendesah "Ahh", tentu saja semua anak menyorakinya.

Kemudian Kepala Sekolah mengumumkan beberapa siswa berprestasi maju ke depan. Dipanggil oleh Kepala Sekolah Anton, Herman dan Rinny maju ke depan.
"Bu Cindy silakan memberikan hadiah kepada siswa siswi yang berprestasi ini", kata Kepala Sekolah.

Dengan gemetar Cindy mendekati Anton, lalu membuka celana Anton. Lalu ia mengocok penis Anton. Setelah penis Anton mengeras, lalu ia merebahkan Anton, lalu Cindy duduk di atas Anton, lalu ia mulai memasukkan penis Anton ke dalam vaginanya. Ratusan anak menahan nafas melihat adegan tersebut. Melihat tatapan banyak anak, Cindy mencoba mengeluarkan vaginnya, tetapi Anton cepat-cepat menarik rambut Cindy, sehingga dengan sekali tarik, amblaslah semua penis Anton ke dalam vagina Cindy.
"Aww", teriak Cindy.
Sambil mengoyang-goyangkan penisnya, Anton meremas-remas susu Cindy dengan keras.
"Aww", terdengar teriakan Cindy, setiap kali Anton menjepit puting Cindy.

Ketika Cindy berusaha mengurangi rasa sakit di vagina dan susunya, tiba-tiba ia merasa ada yang membuka anusnya. Ketika ia menengok ke belakang tampak Herman sedang berusaha memasukkan penisnya kedalam anus Cindy. Dengan sekali tancap, masuklah seluruh penis Herman ke dalam anusnya.
"Ahh", Cindy melolong kesakitan, tapi Herman tidak peduli, terus memaju-mundurkan penisnya di dalam anus Cindy.

Setelah beberapa lama Anton mengeluarkan penisnya dari vagina Cindy, lalu memasukkan penisnya kedalam mulut Cindy. Tampak Cindy sambil bergaya ******, dimasuki dari anus dan mulut oleh Herman dan Anton.
Tiba-tiba Rinny menghampiri sambil membawa pisang yang berukuran besar sekali. Lalu pisang tersebut dimasukkan ke dalam vagina Cindy.
"Jangan..", teriak cindy.
Tapi Rinny tidak peduli, lalu terus memasukkan ke dalam vagina Cindy, tampak vagina mulai sedikit robek dan berdarah akibat pisang yang sangat besar.
"Ah..", teriak Cindy setiap kali pisang tersebut dikeluar-masukkan oleh Rinny.
Akhirnya Anton dan Herman sudah tidak tahan dan mengeluarkan sperma bersamaan di mulut dan anus Cindy.

Sementara Cindy tergeletak di tengah lapangan, Kepala Sekolah berteriak
"Upacara selesai".
Sehingga para murid kembali ke kelas sambil tertawa.

Demikianlah hukuman untuk Ibu Guru Cindy yang masih muda dan cantik dari Tommy.

end

keluarga

Aku orang yang mungkin punya kelainan, menyukai orang dari keluargaku sendiri. Aku anak tunggal, mungkin karena aku tidak pernah bertemu wanita lainlah yang membuatku demikian. Sudah semenjak SMP aku mengenal yang namanya bokep, semenjak itu pula aku selalu membayangkan Ibuku sambil mengocok penis di kamar mandi. Ya, onani adalah kebiasaanku ketika pagi hari, akibat itulah aku mulai tumbuh kumis tipis. Tapi aku rajin mencukurnya. Dan aku pun tak jarang beronani ke celana dalam kotor Ibuku, sambil sperma kutumpahkan di sana. Ya, kelainan inilah yang ada pada diriku. Ibu dan ayah sudah bercerai semenjak aku masih SD. Ibuku sebagai orang tua tunggal mampu menghidupi kami berdua. Ayah telah menikah lagi dengan wanita lain, setahun sekali mengunjungiku. Saat umur 16 tahun aku sekolah di SMA X. Awalnya Ibuku tidak setuju karena bakal jauh dari rumah. Namun karena dekat dengan rumah Bi Ani, akhirnya Ibuku mengijinkanku.

Bi Ani adalah Bibiku, kakak dari Ibuku. Umurnya sekarang sih 40-an. Seorang Ibu berjilbab besar. Ia ditinggal mati suaminya 3 tahun lalu. Dan sekarang hidup sendiri dengan dua orang anaknya, cewek semua. Bi Anilah yang menganjurkan agar aku menginap saja di rumahnya, jadi kalau hari sabtu dan minggu baru pulang. Ibuku bisa mengunjungiku kapan saja. Usaha roti yang dikelolanya pun rasanya tak bisa dilepaskan. Ibuku mempunyai usaha roti. Tanpa itu aku tak bisa sekolah. Sedangkan Bi Ani seorang PNS.

Aku sudah tinggal hampir satu semester di rumah Bi Ani. Ibuku menjengukku setiap 3 hari sekali, kadang juga 1 minggu sekali. Aku pulang setiap Sabtu dan Minggu. Kegiatanku selama di rumah Bi Ani, tentu saja membantunya mencuci piring, pakaian dan juga membersihkan rumah. Terus terang Bi Ani sangat menyukai hasil kerjaku. Menjaga Irma dan Yulita yang masih sekolah SD dan SMA juga membuatnya bangga punya ponakan seperti aku. Aku juga mengajari keduanya dalam masalah pelajaran yang sulit di sekolah. Bi Ani baru pulang jam 16:00. Namun ia sudah sangat senang melihat hasil kerjaku membantunya.

Lalu bagaimana kebiasaanku onani, tidak berhenti juga. Kali ini aku membayangkan Bibiku sendiri. Melepas jilbabnya, lalu aku bayangkan ia memperlihatkan seluruh tubuhnya. Aku sebenarnya iseng juga. HPku ada kamera, dan aku gunakan untuk merekamnya ketika ia mandi. Dan selama ini tidak ketahuan, bahkan ketika aku onani aku sambil melihat video tersebut. Biasanya setelah onani aku sangat puas bisa membayangkannya.

Suatu malam Bi Ani sedang nonton tv. Tampak anak-anaknya sudah tidur. Aku tak ada kerjaan lain, akhirnya ikutan nonton juga. Kebetulan saat itu tv-nya lagi main sinetron. Bi Ani kali ini seperti biasa memakai daster dan jilbabnya masih terjulur. Namun karena dasternya lengan pendek, aku jadi bisa melihat betapa bersih keteknya. Bahkan sekilas warna branya bisa terlihat ketika ia mengangkat ketiaknya. Warnanya hitam. Wajah Bi Ani masih mulus, dan ia tampak cantik malam itu. Di tengah heningnya suasana nonton tv tersebut, ia tiba-tiba menyeletukku,
"Kamu sudah punya pacar Nan?"
Aku kaget dengan pertanyaanya, "Belum, Bi"
Ia mendesah, "Masa' belum, biasanya anak-anak SMA seumuran kamu itu sudah punya lho"
"Beneran, suwer", kataku.
"ohh.. ya udah", katanya.
"Emang kenapa tanya begitu Bi?", tanyaku.
"Kamu jujur sama Bibi ya", katanya.
Aku jadi penasaran.
"Kamu sering onani ke celana dalam Bibi ya?", tanyanya.
Bagai tersamber geledek. Aku pun diam lama.
"Kamu koq berani…", katanya.
"Maaf Bi", kataku.
"Jangan ulangi lagi ya", katanya.
"Koq Bibi tahu?", tanyaku.
"Ya tahulah, habis dicuci masih ada bercak putih. Kan Bibi ndak keputihan koq bisa ada itu, ya berarti ada pria yang iseng", katanya sambil tersenyum.
"Maaf Bi, habis....",
"Kenapa?"
"Jujur Kinan suka sama Bibi, Bibi orangnya baik, alim, cantik, seksi", kataku.
Mendengar itu tampak Bi Ani agak tersentak.
"Tapi aku Bibimu, kamu ndak boleh gitu. Lagian masih banyak cewek yang ada di luar sana. Aneh-aneh aja kamu ini, ntar aku pulangin ke Ibumu klo kamu nakal seperti ini", katanya mengancam.
"Terserah Bibi deh, Kinan sudah jujur. Awalnya Kinan juga merasa aneh punya perasaan ini, tapi sering ketemu Bibi jadinya begini. Terus terang aku selalu membayangkan Bibi, kalau hal ini bikin Bibi marah atau tidak suka, Kinan akan nge-kost sendiri saja. Besok Kinan akan pergi", aku beranjak dari tempat dudukku.
"Kinan!?", kata Bi Ani.
Aku masuk ke kamarku. Dan menutup pintu. Aku lalu berbaring. Tampak Bi Ani mengejarku. Ia lalu mengetuk pintu.
"Kinan, buka pintunya!", kata Bi Ani.
"Bukan begitu Kinan, kamu harus tahu aku ini bibimu, Bibimu, masa' kamu punya pikiran jorok seperti itu? Kinan....?"

Aku tak peduli. Aku tinggal tidur. Pagi hari aku bangun dan langsung mandi, karena hari ternyata sudah siang. Selesai mandi tampak Bi Ani berada di sofa. Ia menatapku. Mungkin ia mau melihat apa aku benar-benar akan pergi dari tempat ini. Aku lalu masuk kamar.
"Kinan, tunggu!"
Aku berjalan mundur lagi.
"Sini! duduk dekat Bibi!", katanya.
Aku menurut.
"Maafkan soal tadi malam, aku tak bermaksud kasar kepadamu", kata Bi Ani.
"Terus terang perbuatanmu kemarin itu sungguh keterlaluan. Tapi setelah Bibi berpikir panjang, mungkin itu karena kamu baru masa puber. Maafkan Bibi. Kalau sampai Ibumu tahu kamu tidak di sini, maka ia akan khawatir dan aku tak mau hal itu terjadi. Baiklah terserah kamu mau onani pake cd Bibi atau tidak, silakan asal kamu jangan pergi dari rumah ini." Lanjut Bi Ani.
Mendengar perkataan Bi Ani aku sedikit berbesar hati, dari perkataannya aku mengambil kesimpulan bahwa masih ada kesempatan untukku.
“Serius?" Tanyaku meyakinkan.
"Iya, Bi serius", kata Bi Ani.
"Sebenarnya, bukan onani sih yang Kinan inginkan, Bi!", kataku.
Bi Ani tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam. Tampaknya ia memikirkan sesuatu.
"Baiklah, kamu boleh mencintai Bibi seperti pacar, kalau itu maumu. Tapi jangan yang aneh-aneh. Ini Bibi lakukan agar Ibumu tidak sedih", kata Bibi.
"Aneh-aneh gimana Bi?", tanyaku.
"Ya aneh-aneh", jawabnya.
"Nggak ngerti" Ujarku sambil menggeleng.
"Kamu sudah onani masa ndak tau..?".
"Mengajak yang aneh-aneh sama Bibi, berbuat mesum." Tandas Bi Ani.
"Ooo..., itu toh.., siap Bi" kataku.
Aku tersenyum senang. Dan ya, hari itu dimulailah petualangan cintaku dengan Bi Ani.

****

Selesailah UAS semester 1. Besoknya libur panjang. Aku ijin ke Ibuku untuk beberapa hari di rumah Bi Ani karena ada yang harus dikerjakan. Irma dan Yulita ikut berlibur bersama sekolahnya. Jadi aku dan Bi Ani berduaan saja di rumah. Dan hari itu hari sabtu, harusnya aku pulang hari itu menengok Ibuku. Namun aku urungkan niat. Tampak Bi Ani memasak di dapur. Aku peluk dia dari belakang, kucium wangi tubuhnya.
"Masak apa say?", kataku.
"Masak sayur lodeh", jawabnya.
"Kayaknya enak?" pujiku.
Kami lalu sarapan. Tak ada obrolan berarti. Setelah sarapan kami beres- rumah. Setelah itu kami capek, aku bersandar di sofa. Dan Bi Ani juga duduk disitu. Kami menonton tv, aku membiarkan Bi Ani bersandar di dadaku. Aku kali ini agak sedikit berani. Perlahan aku meraba payudaranya. Awalnya tanganku ditepis, lalu aku pun merabanya lagi. Kali ini malah dibiarkan. Kugesek-gesek bongkahan empuk itu, dan kurasakan puting mengeras dari branya yang tebal dan daster itu. Berikutnya, aku pelorotkan sedikit celanaku, dan peniskupun muncul.
"Ih.., Kinan, apa-apaan sih?", tanyanya.
"Ndak ngapa-ngapain koq Bi.. ", Elakku.
"Itu koq dikeluarin?", tanyanya lagi.
"Kinan sudah lama ndak onani Bi, pingin onani sambil memegang Bibi, nggak apa-apa ya Bi, sebentar saja sudah kepalang tanggung nih" Rajukku.
Bibiku menelan ludah melihat penisku yang mengacung dan keras.
"Kalo saya nggak boleh ngocokin sendiri ya sudah Bibi saja yang ngocokin", Kejarku sedikit bercanda.
"Ya kalau kamu maksa baiklah, sini Bibi kocokin saja", katanya mengejutkan.

Mulanya aku nggak percaya, tapi ia amati seksama barang ajaib itu. Perlahan-lahan ia pegang dengan jemarinya yang halus itu. Lalu perlahan-lahan ia kocok dengan lembut sampai helm-ku mengeras. Tidak cuma itu, buah pelerku diremas-remas juga. Ohhh....nikmat sekali, apalagi yang melakukannya Bibiku sendiri. Aku mulai meraba toketnya. Ia tak protes.
"Bibi boleh ya buka bajunya?", Pintaku.
"Eh..., ee..., i...iya", katanya tergagap.
Ia membuka dasternya dan jilbabnya.
"Tapi Jilbabnya nanti saja Bi", kataku.
Ia heran, tapi tak peduli. Ia kembali lagi mengurut tongkolku. Aku pun makin bergairah setelah melihat bra-nya dan cd-nya yang berwarna hitam tipis itu. Aku mencium bau harum, lalu mulai mencium bibirnya., kami benar-benar berpanggutan, ia masih mengocok penisku dan aku meremas toketnya yang besar. Kami benar-benar berciuman, saling menjilat lidah kami. Lalu aku pun membuka pengait bra-nya menampakkan sepasang buah dada yang besar menggantung. Putingnya coklat, keras dan kencang. Aku menggigit-gigit toket itu, lalu menyusunya.
"Oh..., kinan..., ahh...., ahhh...., terus nak, oohh..., ayo netek ke tetek Bibi ya…", katanya merancau. Ia ternyata sudah haus sex.

Tak butuh waktu lama untuk aku sudah menelanjanginya selama ia menikmati sensasi rangsangan di toketnya. Lalu perlahan aku cium perutnya, ia merebahkan diri ke sofa yang empuk dan panas itu. Kini kulebarkan kedua pahanya. Tampak rambut yang tipis menghiasi vaginanya, ohh. ternyata ia rajin mencukur. Aku pun menyapunya, kujilati apa yang bisa dijilat di tempat itu. Ia meremas kepalaku, rambutku dijambaknya, dan kedua pahanya mengapitku erat, aku tak berhenti. bahkan klitorisnya kusapu, kuhisap, kulumat, dan kugigit-gigit gemas. Lidahku menyeruak ke dalam lubangnya.
"Ahhh..., Kinan jangan, aaahhh...., geli..., aarggh...., …Bibi keluar...., aaahh.." desahan panjang membuatku tersentak.
Saat itulah ia terkencing-kencing, aku menghindar. Tampak sofa banjir dengan air orgasmenya. Nafasnya tersengal-sengal. Aku belum disepong nih, pikirku. Segera aku menempatkan pahaku di antara kepalanya. Ia mengerti yang kuinginkan. Dengan mata setengah terbuka karena kenikmatan orgasme ia pun menjilati kepala penisku. Ia mengurut penisku sampai ke pangkal jadi tampak penisku mengeras hebat dan ia keluar masukkan kepala penisku hingga separuh ke mulutnya. Ia lakukan itu sambil menyedotnya. Sesekali ia menjilati ujung lubang kencing, ia putar-putar lidahnya di sana.
"Udah Bi, aku mau masukin Bi..", kataku.
Ia mengerti. Dibukanya pahanya. tampak vagina itu sangat basah dan becek, Aku bersiap di atas, gaya misionari. Ia masih pakai kerudungnya, lalu aku lepas kerudung itu, tampaklah rambutnya yang sedikit berombak, yang aku tak pernah melihatnya kecuali dari videoku itu. Kini wanita ini pasrah dan menginginkanku.
"Cepat masukin Kinan, Bibi udah nggak tahan nih", katanya.
"baiklah Bi, tapi kira-kira kita sekarang ngapain Bi?"
"ayolah kinan, entotin Bibimu ini"

Bleess.., kontolku pun tenggelam di dalam memek Bi Ani, ia mengunci kakinya ke pinggangku. Ia menaikkan pantatnya, membuat punyaku semakin tenggelam di dalam memeknya. Perutnya yang rata itu membuatku bernafsu dan aku goyang akhirnya. Jemari kami saling menyatu. Bibiku tak mau lepas dariku, memeknya seperti meremas penisku, dan aku menggerakkan maju mundur. Oh tidak, aku mau keluar rasanya, baru padahal baru sebentar.
"Bi, ndak kuat nih..., ahh...., ahh... ", kataku
"Keluarin nggak apa-apa, aaahh...", katanya.
Dan…, Crooott, ku hujamkan batangku sekuat tenaga hingga spermaku pun tumpah ruah di dalam memek Bi Ani. Bibiku sampai tersentak merasakannya, ia membelalak sambil mengerutkan dahinya. Ia melirik ke bawah sana. Ia meraba dengan jemarinya pangkal penisku yang masuk penuh. Lama kami diam, Bibiku memejamkan matanya, menikmati setetes-demi-setetes sperma yang membasahi rahimnya setelah 3 tahun tidak pernah dibasahi. Aku tak mencabut punyaku sampai penisku mengecil sendiri. Aku lalu menarik tubuh Bibiku dan kupangku. Ia memelukku, dada kami menyatu dan aku menciumi bibirnya.
"Kinan, ....kita tak boleh begini harusnya", katanya.
"Tapi aku cinta Bibi", kataku.
"Tapi baiklah, asal kamu dapat menjaga rahasia agar tidak ada orang lain yang tahu, Bibi pasti akan melayani kamu", katanya.

Aku meremas toketnya lagi, kami berpanggutan. Lama aku begitu, hingga punyaku mengeras lagi. Kali ini aku suruh dia nungging. Ku tusuk Bi Ani dari belakang, pantatnya yang besar bahenol bergetar-getar saat menerima hentakanku. Akhirnya Bi Ani meminta ganti posisi, kali ini Bi Ani berada di atas tubuhku. Gerakan naik turunnya membuat buah dadanya yang besar menggantung bergoyang-goyang mengikuti gerakan tubuhnya yang kemudian ku jamah dengan tanganku dan ku remas-remas. Persetubuhan saat itu berakhir dengan saling mengejangnya tubuhku dan tubuh Bi Ani, saling peluk dengan erat dengan bibir kami saling berpagutan liar, dan sesaat kemudian tubuh ku dan tubuh Bi Ani melemah.

******
Hari ini Irma dan Yulita pulang ke rumah. Nanti siang kami akan menjemput mereka di sekolah. Setelah itu aku akan pergi dari rumah Bi Ani tercinta. Hari itu Bibi sedang berdandan siap untuk pergi.
"Bibi..", kataku.
"Ada apa sayang", katanya.
"Jilatin dong", kataku sambil memelorotkan celanaku.
Bi Ani hanya tersenyum, tanpa bicara apa-apa lagi, Bi Ani berlutut sambil mengulum penisku. Aku memaju mundurkan pantatku sambil rambutnya kuremas-remas.
"Ohhh, Bi Anii, ooohh..., aku mau keluar Bii…!!", Erangku.
Dan muncratlah semuanya di dalam mulutnya. Ia lalu menjilati spermaku, dihabiskannya dan ditelannya.
"Sudah ah, pagi-pagi koq sudah ginian. Nanti kamu pulang lho jangan lupa", katanya.
"Rasanya ndak ingin pulang aku", kataku.
"Hush ndak boleh gitu. Kan setelah ini kita masih bisa bersama lagi", katanya.
Ia masih mengurut-urut penisku, lalu ia jilati sisa-sisa sperma yang masih melekat di ujung lubangnya.

****

Ibuku sangat kangen padaku. Ketika aku datang ia langsung memelukku. Saking kangennya aku mau makan dimanapun ia bakal mentraktirku.
"Kamu mau apa sekarang Kinan? Ibu bakal ngasih deh", katanya. yang bener?
"Masa' sih?", tanyaku.
"Iya, mau makan di restoran mana Ibu akan kasih, soalnya Ibu kangen sama anak Ibu ini", katanya sambil memelukku. Dadanya yang besar serasa sesak di perutku. Aku lebih tinggi darinya.
"Kalau permintaan yang lain gimana?", tanyaku.
"Apa?", tanyanya.
"Semisal kepingin tidur sama Ibu telanjang gitu?", tanyaku sambil tersenyum.
Ibuku tampak sedikit kaget dan mengerutkan dahi.
"Sekarang?", tanyanya.
"Iyalah", kataku.
Ia lalu mengunci pintu lalu melepaskan bajunya satu per satu.
"Ayo, katanya mau tidur ama Ibu telanjang?", tanyanya menantang.

Entah Ibuku gila atau nggak, tapi aku nurut saja. Aku juga telanjang sama seperti beliau. Kami pun tidur di kamarku. Ibuku tidur miring dihadapanku. Tatapan mata kami penuh arti, disatu sisi ia kangen, di sisi lain aku berdebar-debar. Aku baru kali ini melihat lagi tubuh moleknya Ibuku tanpa sehelai benang pun. Aku menelan ludah sampai Ibuku mendengarnya. Dadanya besar, putingnya coklat, rambut di vaginanya tampak lebat. Tapi ketiaknya mulus.
"Boleh Kinan meluk Ibu?", tanyaku.
"Ya bolehlah, kenapa emangnya?", tanyanya.
"Ah, nggak apa-apa Bu", kataku. Akupun memeluknya. Dadanya menempel di dadaku. dahi kami bersentuhan, penisku menempel di perutnya. Rasa hangat yang kurasakan.
"Kamu sudah dewasa ya Kinan", katanya. "Ibu kangen sekali"
"Kinan juga", kataku.
Aku perlahan-lahan menempelkan bibirku ke bibirnya. Kami berciuman. Kumulai berani membelai punggungnya, lalu meremas bongkahan pantatnya. Kontolku sudah tegang sekali, kuyakin Ibu juga merasakannya. Apa Ibu tidak tahu hal ini? Kami berciuman, dan saling berpanggutan.
"Udah kinan, koq kita malah ginian siih?", tanya Ibu.
"Tapi kinan kepingin Bu", kataku.
Ibuku terdiam sesaat, tampaknya ia berpikir keras.
"Ibu lama ndak beginian, Kinan ndak keberatan jadi partner sex Ibu? Sudah terlanjur begini", katanya.
"Ya ndaklah, kinan sudah lama juga kepingin ngentotin Ibu sendiri"
Ibu tersenyum, tanpa babibu, kami langsung mengulum satu sama lain. Nafas Ibu memburu, ia tak ingat siapa aku lagi, aku juga demikian. Aku sudah tak tahan untuk bisa menyusu kepadanya. Bibirku pun menancap di puting susunya. Kuhisap kuat-kuat sambil kumainkan dengan lidahku.
"Ohh...., iya nak, begitu seperti kamu bayi dulu...., aahhh, kata Ibuku.

Aku terus mengulum dan meremas payudaranya bergantian. Aku hisap kuat-kuat seolah-olah di dalam dadanya itu masih ada ASI, entah itu ASI atau tidak, tampaknya aku mengeluarkan sesuatu dari putingnya, rasanya agak manis dan asam. Kemudian beliau tidak tinggal diam begitu saja, punyaku diremas-remas dan diurut-urut. Merasa keenakan dengan hal ini, aku sedikit berani untuk memasukkan jemari tanganku ke lubang memeknya yang jarang ditumbuhi bulu itu. Hangat. Itulah tempatku dulu keluar, dan sekarang ini aku bakal menikmatinya. Tanganku aku masuk dan keluarkan, sehingga seolah-olah malah tampak seperti mengocok sesuatu. Lama sekali aku menyusu sambil mengoyak vaginanya dengan jemariku. Ia pun hanya mengeluh ah dan uh saja.

Aku lalu bangun, lalu duduk di atas dadanya. Buah pelerku menyentuh perutnya bagian atas. Dan punyaku tegak mengacung ke wajahnya. Punyaku panjang, dan menyentuh bibirnya, seolah-olah ia faham maksudku. Ia meremas tokednya, lalu dikempitnya batangku itu. Ohh...nikmatnya. Hangat sekali, apalagi ditambah ia menjilati lubang kencingku. Ia terus memijat-mijat dadanya, sementara kepala penisku dijilati. Aku terangsang sekali, tetesan sedikit mani keluar dari lubang kencingku. Beliau melihat wajahku.
"Waah...., kinan jadi anak nakal sekarang ya, gituin Ibu", katanya.
"Habis Ibu mau sih", kataku.
"Minggir dulu sayang", katanya.
Aku mengerti lalu minggir ke samping. Kini aku berlutut, dan beliau langsung dengan rakusnya mengulum separuh penisku. Kepalanya maju mundur memompa penisku. Ohh...tidak, enak banget. Lidahnya menari-nari di kepala penisku, seolah-olah tak mau lepas dari situ. Aku berkali-kali berkata, "Ohh..mom, fuck mom, fuck! enak banget...ahh...."
"Sudah, sudah Bu, Kinan malah keluar nanti klo sampai begini", kataku.

Ibuku menghentikan aktivitasnya. Sekarang aku serasa lemas, tapi kemudian jadi bersemangat ketika beliau balik badan menungging.
"Kinan, tolong, masukkan ya?! Ayo…, masukkan punyamu itu nak", katanya.
Tanpa babibu langsung aku bergerak maju mundur. Tapi tampaknya Ibu tak ingin berlama-lama begini, ia sepertinya sudah mau keluar, tampak ia menggoyang sendiri pinggulnya. Punyaku serasa diremas-remas, ohh..., nikmatnya. Kalau begini terus aku bakal segera ngecret. Aku tahan sekuat tenaga agar jangan keluar dulu, nunggu beliau keluar dulu.
"Ohh..., tidak Bu, ahh...., nggak tahan..., Kinan ndak tahan, terlalu nikmat", kataku.
"Tenang Kinan, Ibu mau kelua..., aaahh..., ooohh..., ….aaahh", jeritan panjang Ibuku sambil pantatnya bergetar menandakan ia telah orgasme, punyaku serasa dijepit oleh daging yang kenyal. Aku meremas tokednya, sambil terus maju-mundur, dan akupun tak sanggup lagi.
"Bu aku juga mau keluar Bu, keluarinnya di luar apa di dalem Bu..?", tanyaku.
"Di dalam aja, nggak apa-apa", katanya.
Croot.., crooott…, crooott…, spermaku nyembur banyak sekali di dalam vagina Ibu. Ibuku lemas tengkurap, sambil pantatnya masih menungging, membiarkan penisku mendapatkan sensasi kenikmatan. Penisku sangat ngilu, ketika aku cabut dari lubang itu. Cairan kental putih mengalir dari lubang yang aku semproti tadi. Mengalir ke paha, lalu jatuh di sprei. Aku lalu berbaring di sebelah Ibuku.

*****

Aku terbangun. Sendirian di kamarku. Ternyata sudah pagi. Aku mendapati diriku telanjang dan tampak bekas bau sperma tercium di mana-mana. Aku pun segera membersihkan diriku. Aku berjalan ke kamar mandi, dan eits...ternyata ada Ibu di sana. Ia tampak sedang duduk di pinggir bak mandi melihat cermin. Rambutnya yang lurus itu menutupi dadanya. Perutnya sedikit buncit, tampak ia menopang kaki kanannya di atas kaki kirinya, posisi yang sangat seksi. Aku duduk di sampingnya.
"Ibu cantik?", tanyanya.
"Iyalah, cantik", jawabku.
Ia tersenyum kepadaku.
"Tadi malam luar biasa", katanya.
"Kamu sudah pernah begituan?"
Aku menggeleng.
"Bohong ah", katanya.
"Beneran", bohong sih.
"Baguslah kalau Ibu jadi yang pertama bagimu", katanya.
Aku tak konsentrasi dengan kata-kata Ibuku, fokus ke dadanya dan vaginanya itu. Aku pun mengelus-elus pahanya.
"Sudah mandi Bu?", tanyaku.
Ia menggeleng.
"Mandi bareng yuk!?", katanya.
Aku mengangguk.

Shower pun dinyalakan. Kami berdua berdiri berhadapan. Air membasahi kami berdua, lebih tepatnya kami tidak mandi, tapi bercumbu. Aku menciumi keningnya, lalu memijat toketnya yang berukuran 35B itu. Ibuku lebih tepatnya membelaiku, mengalirkan air ke pundak, bahu, perut dan membersihkan senjataku. Ibuku berbalik, dan aku meremas dadanya dari belakang, sambil kuciumi lehernya, lalu kami berpanggutan. Tangan kiriku bergerak ke bawah dan menggelitiki klitorisnya, penisku mulai tegang lagi. Ia pun mematikan shower. Ia mengambil sabun cair, dioleskannya sabun itu ke dadaku. Aku pun berbbuat demikian, jadilah kami saling menyabun. Ku putar-putar dan kupijat-pijat dadanya. Putingnya sangat keras, aku lalu digosok-gosok bagian penisku, total kami hanya menggosok bagian sensitif kami saja, yaitu toket, vagina, dan penis. Bahkan ketika air mengguyur lagi pun, kami hanya membersihkan tiga tempat itu saja. Setelah itu?

Aku menggendong Ibuku, kuangkat kaki kannannya, lalu aku sedikit membungkuk dan kumasukkan penisku ke vaginanya. Bleess.., sambil aku dorong ke depan, aku konsentrasi kepada belahan tokednya yang aduhai. Kutekan pinggulnya, aku dan dirinya saling mengulum bibir. Aku bergerak maju mundur dengan sangat cepat. Beliau tampak menggoyangkan kepalanya kiri dan kanan, sambil memeluk leherku.
"Kinan...., oh..., ahhh...., terus....., ouch..., aaww.. .", katanya.
"Oh..., Bu..., ah....ahhhh...., nikmat banget.... ", kataku.

Lalu aku berubah posisi, kini Ibuku aku baringkan di lantai kamar mandi. Aku lalu menindihnya dari atas. Pinggulku bergoyang dan kakinya mengunci pinggulku. Oww..., nikmat sekali dadanya naik turun. Sensasinya luar biasa. Ia memeluk leherku, sambil mengerutkan dahi. matanya sayu menatapku seolah-olah mengisyaratkan ini terlalu enak nak, jangan dihentikan. Jeritan-jeritan kenikmatannya lebih dari jeritan biasa. Ia bahkan hampir menangis karena terlalu nikmat. Ia lalu menggeleng-geleng saat-saat orgasme mau datang. Pinggulnya ia tekan kuat-kuat dan aku pun loss seluruh tenagaku dalam sebuah tembakan dahsyat ke rahimnya. Kami terkulai di kamar mandi dan duduk bersandar di pinggir bak mandi. Punyaku lemas sekarang, cairan putih tampak keluar dari lubang kencingnya. Ibuku menyentuhnya dengan jari telunjuknya. Lalu ia menariknya, seperti keju yang baru saja dipanggang. Aku lalu memeluknya erat.
*****

polwan

Bripda Handayani, 20 tahun, adalah seorang anggota Bintara Polwan yang baru dilantik beberapa bulan yang lalu. Handayani atau sering dipanggil Yani itu memiliki wajah yang cukup cantik, berkulit putih dengan bibir yang merah merekah, tubuhnya kelihatan agak berisi dan sekal. Orang-orang di sekitarnya pun menilai wajahnya mirip dengan artis Desy Ratnasari.

Banyak orang menyayangkan dirinya yang lebih memilih profesi sebagai seorang polisi wanita daripada menjadi artis atau seorang foto model. Maklumlah, dengan penampilannya yang cantik itu Handayani memiliki modal yang cukup untuk berprofesi sebagai seorang foto model atau artis sinetron.

Tinggi badannya 168 cm dan ukuran bra 36B, membuat penampilannya makin menggairahkan, apalagi ketika ia mengenakan baju seragam dinas Polwan dengan baju dan rok seragam coklatnya yang berukuran ketat sampai-sampai garis celana dalamnya pun terlihat jelas menembus dan menghias kedua buah pantatnya yang sekal. Karena ukuran roknya yang ketat, sehingga saat ia berjalan goyangan pantatnya terlihat aduhai. Semua pria yang berpikiran nakal pastilah ingin mencicipi tubuhnya.

Pada suatu malam sehabis lembur, sekitar jam 10 malam ia berjalan sendirian meninggalkan kantor untuk pulang menuju ke mess yang kebetulan hanya berjarak sekitar 600 meter dari Markas Polda tempatnya berdinas. Dia merasakan badannya amat lelah akibat seharian kerja ditambah lembur tadi, sekujur tubuhnya pun terasa lengket-lengket karena keringat yang juga membasahi seragam dinas yang dikenakannya.

Dengan berjalan agak lambat, kini tibalah Handayani pada sebuah jalan pintas menuju ke mess yang kini tinggal berjarak 100 meter itu, namun jalan tersebut agak sunyi dan gelap. Tiba-tiba tanpa disadarinya, sebuah mobil Kijang berkaca gelap memotong jalan dan berhenti di depannya. Belum lagi hilang rasa kagetnya, sekonyong-konyong keluar seorang pemuda berbadan kekar dari pintu belakang dan langsung menyeret Bripda Handayani yang tidak sempat memberikan perlawanan itu masuk ke dalam mobil tersebut, dan mobil itu kemudian langsung tancap gas dalam-dalam meninggalkan lokasi.

Di dalam mobil tersebut ada empat orang pria. Bripda Handayani diancam untuk tidak berteriak dan bertindak macam-macam, sementara mobil terus melaju dengan cepat. Handayani yang masih terbengong-bengong pun didudukkan di bagian tengah, diapit 2 orang pria. Sementara mobil melaju, mereka berusaha meremas-remas pahanya. Tangan kedua lelaki tersebut mulai bergantian mengusap-usap kedua paha mulus Handayani.

Naluri polisi Handayani kini bangkit dan berontak. Namun belum lagi berbuat banyak, tiba-tiba lelaki yang duduk di belakangnya memukul kepala Handayani beberapa kali hingga akhirnya Handayani pun mengakhiri perlawanannya dan pingsan.

Kedua tangan Bripda Handayani diikat ke belakang dengan tali tambang hingga dadanya yang montok dan masih dilapisi seragam Polwan itu mencuat ke depan. Sementara itu selama dalam perjalanan kedua orang pria yang mengapitnya itu memanfaatkan kesempatan dengan bernafsu menyingkap rok seragamnya Handayani sampai sepinggang. Setelah itu kedua belah kakinya dibentangkan lebar-labar ke kiri dan kanan sampai akhirnya tangan-tangan nakal kedua lelaki tersebut dengan leluasa menyeruak ke dalam celana dalam Handayani, kemudian dengan bernafsu mengusap-ngusap kemaluan Bripda Handayani.

Akhirnya sampailah mereka di sebuah rumah besar yang sudah lama tidak ditempati di suatu daerah sepi. Mobil langsung masuk ke dalam dan garasi langsung ditutup rapat-rapat. Kemudian Handayani yang masih pingsan itu langsung digotong oleh dua orang yang tadi mengapitnya masuk ke dalam rumah tersebut. Rumah tersebut kelihatan sekali tidak terawat dan kosong, namun di tengah-tengahnya terdapat satu sofa besar yang telah lusuh.

Ternyata di sana sudah menunggu kurang lebih sekitar lima orang pria lagi, jadi total di sana ada sekitar sembilan orang lelaki. Mereka semua berperangai sangar, badan mereka rata-rata dipenuhi oleh tatto dan lusuh tidak terawat, sepertinya mereka jarang mandi.

Bripda Handayani kemudian didudukkan di sebuah kursi sofa panjang di antara mereka.
"Waw betapa cantiknya Polwan ini." guman beberapa lelaki yang menyambut kedatangan rombongan penculik itu sambil memandangi tubuh lunglai Handayani.
Tiba-tiba salah seorang dari mereka berujar memerintah, "Jon.., ambilin air..!"
Seseorang bernama Joni segera keluar ruangan dan tidak lama kemudian masuk dengan seember air.
"Ini Frans..," ujar Joni.
Frans yang berbadan tegap dan berambut gondrong itu berdiri dan menyiramkan air pelan-pelan ke wajah Bripda Handayani.

Beberapa saat kemudian, ketika sadar Polwan cantik itu terlihat sangat terkejut melihat suasana di depannya, "Kamu.." katanya seraya menggerakkan tubuhnya, dan dia sadar kalau tangannya terikat erat.
Kali ini Frans tersenyum, senyum kemenangan.
"Mau apa kamu..!" Bripda Handayani bertanya setengah menghardik kepada Frans.
"Jangan macam-macam ya, saya anggota polisi..!" lanjutnya lagi.
Frans hanya tersenyum, "Silakan saja teriak, nggak bakal ada yang dengar kok. Ini rumah jauh dari mana-mana." kata Frans.
"Asal tau aja, begitu urusan gue di Polda waktu itu beres, elo udah jadi incaran gue nomer satu." sambungnya.

Sadar akan posisinya yang terjepit, keputusasaan pun mulai terlihat di wajah Polwan itu, wajahnya yang cantik sudah mulai terlihat memelas memohon iba. Namun kebencian di hati Frans masih belum padam, terlebih-lebih dia masih ingat ketika Bripda Handayani membekuknya saat dia beraksi melakukan pencopetan di dalam sebuah pasar. Namun karena bukti yang kurang, saat diproses di Polda Frans pun akhirnya dibebaskan. Hal inilah yang membuat Frans mendendam dan bertindak nekat seperti ini.

Memang di kalangan dunia kriminal nama Frans cukup terkenal. Pria yang berusia 40-an tahun itu sering keluar masuk penjara lantaran berbagai tindak kriminal yang telah dibuatnya. Tindakannya seperti mencopet di pasar, merampok pengusaha, membunuh sesama penjahat. Kejahatan terakhir yang belum semat terlacak oleh polisi yang dia lakukan beberapa hari yang lalu adalah merampok dan memperkosa korbannya, yaitu seorang ibu muda yang berusia sekitar 25 tahun, istri dari seorang pengusaha muda yang kaya raya. Ibu itu sendirian di rumahnya yang besar dan mewah karena ditinggal suaminya untuk urusan bisnis di Singapura.

"Ampun Mas, maafkan aku, aku waktu itu terpaksa bersikap begitu." katanya seolah membela diri.
"Ha.. ha.. ha.." Frans tertawa lepas dan serentak lelaki yang lainnya pun ikut tertawa sambil mengejek Bripda Handayani yang duduk terkulai lemas.
"Hei Polwan ******, gue ini kepala preman sini tau! Elo nangkep gue sama aja bunuh diri!" ujar Frans sambil mengelus-elus dagunya.
"Sekarang elo musti bayar mahal atas tindakan elo itu, dan gue mau kasih elo pelajaran supaya elo tau siapa gue." sambungnya.

Bripda Handayani pun tertunduk lemas seolah dia menyesali tindakan yang telah diambilnya dulu, airmatanya pun mulai berlinang membasahi wajahnya yang cantik itu.
Tiba-tiba, "BUKK.." sebuah pukulan telak menghantam pipi kanannya, membuat tubuh Handayani terlontar ke belakang seraya menjerit. Seorang lelaki berkepala botak telah menghajar pipinya, dan "BUKK" sekali lagi sebuah pukulan dari si botak menghantam perut Handayani dan membuat badannya meringkuk menahan rasa sakit di perutnya.

"Aduh.., ampun Bang.. ampunn..," ujar Handayani dengan suara melemah dan memelas.
Frans sambil melepaskan baju yang dikenakannya berjalan mendekati Handayani, badannya yang hitam dan kekar itu semakin terlihat seram dengan banyaknya tatto yang menghiasi sekujur badannya.
"Udah Yon, sekarang gue mau action." ujar Frans sambil mendorong Yonas si kepala Botak yang menghajar Handayani tadi.

Tidak perduli dengan pembelaan diri Handayani, Frans dengan kasarnya menyingkapkan rok seragam Polwan Handayani ke atas hingga kedua paha mulus Handayani terlihat jelas, juga celana dalam putihnya.
Handayani menatap Frans dengan ketakutan, "Jangan, jangan Mas.." ucapnya memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya.
Kemudian, dengan kasar ditariknya celana dalam Handayani sehingga bagian bawah tubuh Handayani telanjang. Kini terlihat gundukan kemaluan Handayani yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tidak begitu lebat, sementara itu Handayani menangis terisak-isak.

Para lelaki yang berada di sekitar Frans itu pun pada terdiam melongo melihat indahnya kemaluan Polwan itu. Untuk sementara ini mereka hanya dapat melihat ketua mereka mengerjai sang Polwan itu untuk melampiaskan dendamnya. Kini Frans memposisikan kepalanya tepat di hadapan selangkangan Handayani yang nampak mengeliat-geliat ketakutan. Tanpa membuang waktu, direntangkannya kedua kaki Handayani hingga selangkangannya agak sedikit terbuka, dan setelah itu dilumatnya kemaluan Handayani dengan bibir Frans.

Dengan rakus bibir dan lidah Frans mengulum, menjilat-jilat lubang vagina Handayani. Badan Handayani pun menggeliat-geliat kerenanya, matanya terpejam, keringat mulai banjir membasahi baju seragam Polwannya, dan rintihan-rintihannya pun mulai keluar dari bibirnya akibat ganasnya serangan bibir Frans di kemaluannya, "Iihh.. iihh.. hhmmh.."

Tidak tahan melihat itu, Joni dan seorang yang bernama Fredi yang berdiri di samping langsung meremas-meremas payudara Handayani yang masih terbungkus seragam itu. Bripda Handayani sesekali nampak berusaha meronta, namun hal itu semakin meningkatkan nafsu Frans. Jari-jari Frans juga meraba secara liar daerah liang kemaluan yang telah banjir oleh cairan kewanitaannya dan air liur Frans. Jari telunjuknya mengorek dan berputar-putar dengan lincah dan sekali-sekali mencoba menusuk-nusuk.
"Aakkh.. Ooughh.." Bripda Handayani semakin keras mengerang-ngerang.

Setelah puas dengan selangkangan Handayani, kini Frans bergeser ke atas ke arah wajah Handayani. Dan kini giliran bibir merah Handayani yang dilumat oleh bibir Frans. Sama ketika melumat kemaluan Handayani, kini bibir Handayani pun dilumat dengan rakusnya, dicium, dikulum dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Handayani.
"Hmmph.. mmph.. hhmmp.." Handayani hanya dapat memejamkan mata dan mendesah-desah karena mulutnya terus diserbu oleh bibir Frans.
Bunyi decakan dan kecupan semakin keras terdengar, air liur mereka pun meleleh menetes-netes. Sesekali Frans menjilat-jilat dan menghisap-hisap leher jenjang Handayani.

"It's showtime..!" teriak Frans yang disambut oleh kegembiraan teman-temannya.
Kini Frans yang telah puas berciuman berdiri di hadapan Bripda Handayani yang napasnya terengah-engah akibat gempuran Frans tadi, matanya masih terpejam dan kepalanya menoleh ke kiri seolah membuang wajah dari pandangan Frans. Frans pun membuka celana jeans lusuhnya hingga akhirnya telanjang bulat. Kemaluannya yang berukuran besar telah berdiri tegak mengacung siap menelan mangsa.

Kini Frans meluruskan posisi tubuh Handayani dan merentangkan kembali kedua kakinya hingga selangkangannya terkuak sedikit kemudian mengangkat kedua kaki itu serta menekuk hingga bagian paha kedua kaki itu menempel di dada Handayani. Hingga kemaluan Handayani yang berwarna kemerahan itu kini menganga seolah siap menerima serangan. Tangis Handayani semakin keras, badannya terasa gemetaran, dia tahu akan apa-apa yang segera terjadi pada dirinya.

Frans pun mulai menindih tubuh Handayani, tangan kanannya menahan kaki Handayani, sementara tangan kirinya memegangi batang kemaluannya membimbing mengarahkan ke lubang vagina Handayani yang telah menganga.
"Ouuhh.. aah.. ampuunn.. Mass..!" rintih Handayani.
Badan Handayani menegang keras saat dirasakan olehnya sebuah benda keras dan tumpul berusaha melesak masuk ke dalam lubang vaginanya.
"Aaakkh..!" Handayani mejerit keras, matanya mendelik, badannya mengejang keras saat Frans dengan kasarnya menghujamkan batang kemaluannya ke dalam lubang vagina Handayani dan melesakkan secara perlahan ke dalam lubang vagina Handayani yang masih kencang dan rapat itu.
Keringat pun kembali membasahi seragam Polwan yang masih dikenakannya itu. Badannya semakin menegang dan mengejan keras disertai lolongan ketika kemaluan Frans berhasil menembus selaput dara yang menjadi kehormatan para gadis itu.

Bersambung ke bagian 02

Derita Seorang Anggota Polwan 02

Sambungan dari bagian 01

Setelah berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya di dalam lubang vagina Handayani, Frans mulai menggenjotnya mulai dengan irama perlahan-lahan hingga cepat. Darah segar pun mulai mengalir dari sela-sela kemaluan Handayani yang sedang disusupi kemaluan Frans itu. Dengan irama cepat Frans mulai menggenjot tubuh Handayani, rintihan Handayani pun semakin teratur dan berirama mengikuti irama gerakan Frans.
"Ooh.. oh.. oohh..!" badannya terguncang-guncang keras dan terbanting-banting akibat kerasnya genjotan Frans yang semakin bernafsu.

Setelah beberapa menit kemudian badan Frans menegang, kedua tangannya semakin erat mencengkram kepala Handayani, dan akhirnya disertai erangan kenikmatan Frans berejakulasi di rahim Bripda Handayani. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak hingga meluber keluar. Bripda Handayani hanya dapat pasrah menatap wajah Frans dengan panik dan kembali memejamkan mata disaat Frans bergidik untuk menyemburkan sisa spermanya sebelum akhirnya terkulai lemas di atas tubuh Handayani.

Tangis Handayani pun kembali merebak, ia nampak sangat shock. Badan Frans yang terkulai di atas tubuh Handayani pun terguncang-guncang jadinya karena isakan tangisan dari Handayani.
"Gimana rasanya Sayang..? Nikmat kan..?" ujar Frans sambil membelai-belai rambut Handayani.
Beberapa saat lamanya Frans menikmati kecantikan wajah Handayani sambil membelai-belai rambut dan wajah Handayani yang masih merintih-rintih dan menangis itu, sementara kemaluannya masih tertancap di dalam lubang vagina Handayani.

"Makanya jangan main-main sama gue lagi ya Sayang..!" sambung Frans sambil bangkit dan mencabut kemaluannya dari vagina Handayani.
"Ayo siapa yang mau maju, sekarang gil.." ujar Frans kapada teman-temannya.
Belum lagi Frans selesai bicara, Fredi sedari tadi di sampingnya sudah langsung mengambil posisi di depan Handayani yang masih lemas terkulai di kursi sofa. Beberapa orang yang tadinya maju kini mereka mundur lagi, karena memang Fredi adalah orang kedua dalam geng ini.

Fredi yang berumur 38 tahun dan berperawakan sedang ini segera melepaskan celana jeans kumalnya, dan kemudian naik ke atas sofa serta berlutut tepat di atas dada Handayani. Kemaluannya yang telah membesar dan tidak kalah gaharnya dengan kemaluan Frans kini tepat mengarah di depan wajah Handayani. Handayani pun kembali membuang wajah sambil memejamkan matanya. Fredi mulai memaksa Handayani untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya yang keras segera meraih kepala Handayani dan menghadapkan wajahnya ke depan kemaluannya.

Setelah itu kemudian Fredi memaksakan batang kejantanannya masuk ke dalam mulut Handayani hingga masuk sampai pangkal penis dan sepasang buah zakar bergelantungan di depan bibir Handayani, yang kelagapan karena mulutnya kini disumpal oleh kemaluan Fredi yang besar itu. Fredi mulai mengocokkan batang penisnya di dalam mulut Handayani yang megap-megap karena kekurangan oksigen. Dipompanya kemaluannya keluar masuk dangan cepat hingga buah zakarnya memukul-mukul dagu Handayani.

Bunyi berkecipak karena gesekan bibir Handayani dan batang penis yang sedang dikulumnya tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Fredi yang sedang mengerjainya makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajah Handayani. Batang penisnya juga semakin cepat keluar masuk di mulut Handayani, dan sesekali membuat Handayani tersedak dan ingin muntah.

Lima menit lamanya batang penis Fredi sudah dikulumnya dan membuat Handayani makin lemas dan pucat. Akhirnya tubuh Fredi pun mengejan keras dan Fredi menumpahkan spermanya di rongga mulut Handayani. Hal ini membuat Handayani tersetak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan tangan Fredi di kepalanya sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa Handayani menelan sebagian besar sperma itu.
"Aaah..," Fredi pun mendesah lega sambil merebahkan badannya ke samping tubuh Handayani.

Segera Handayani meludah dan mencoba memuntahkan sperma dari rongga mulutnya yang nampak dipenuhi oleh cairan lendir putih itu. Belum lagi menumpahkan semuanya, tiba-tiba badannya sudah ditindih oleh Yonas yang dari tadi juga berada di samping.
"Ouuh..," Handayani mendesah akibat ditimpa oleh tubuh Yonas yang ternyata telah telanjang bulat itu.
Kini dengan kasarnya Yonas melucuti baju seragam Polwan yang masih dikenakan Handayani itu. Tetapi karena kedua tangan Handayani masih diikat ke belakang, maka yang terbuka hanya bagian dadanya saja.

Setelah itu dengan kasarnya Yonas menarik BH yang dikenakan Handayani dan menyembullah kedua buah payudara indah milik Handayani itu. Pemandangan itu segera saja mengundang decak kagum dari para lelaki itu.
"Aah.. udah Mass.. ampuunn..!" dengan suara yang lemah dan lirih Handayani mencoba untuk meminta belas kasihan dari para pemerkosanya.
Rupanya hal ini tidak membuahkan hasil sama sekali, terbukti Yonas dengan rakusnya langsung melahap kedua bukit kembar payudara Handayani yang montok itu. Diremas-remas, dikulum dan dihisap-hisapnya kedua payudara indah itu hingga warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan mulai membengkak.

Setelah puas mengerjai bagian payudara itu, kini Yonas mulai akan menyetubuhi Handayani.
"Aaakkhh.." kembali terdengar rintihan Handayani dimana pada saat itu Yonas telah berhasil menanamkan kemaluannya di dalam vagina Handayani.
Mata Handayani kembali terbelalak, tubuhnya kembali menegang dan mengeras merasakan lubang kemaluannya kembali disumpal oleh batang kejantanan lelaki pemerkosanya.

Tanpa membuang waktu lagi, Yonas langsung menggenjot memompakan kemaluannya di dalam kemaluan Handayani. Kembali Handayani hanya dapat merintih-rintih seiring dengan irama gerakan persetubuhan itu.
"Aaahh.. aahh.. oohh.. ahh.. ohh..!"

Selang beberapa menit kemudian Yonas pun akhirnya berejakulasi di rahim Handayani. Yonas pun juga tumbang menyusul Frans dan Fredi setelah merasakan kenikmatan berejakulasi di rahim Handayani. Kini giliran seseorang yang juga tidak kalah berwajah garang, seseorang yang bernama Martinus, badannya tegap dan besar serta berotot, kepalanya plontos, kulitnya gelap, penampilannya khas dari daerah timur Indonesia. Usianya sekitar 35 tahun.

Nampak Martinus yang agak santai mulai mencopot bajunya satu persatu hingga telanjang bulat, kemaluannya yang belum disunat itu pun sudah mengacung besar sekali. Handayani yang masih kepayahan hanya dapat menatap dengan wajah yang sendu, seolah airmatanya telah habis terkuras. Kini hanya tinggal senggukan-senggukan kecil yang keluar dari mulutnya, nafasnya masih terengah-engah gara-gara digenjot oleh Yonas tadi.

Setelah itu dia mendekati Handayani dan menarik tubuhnya dari sofa sampai terjatuh ke lantai. Cengkraman tangannya kuat sekali. Kini dia membalikkan tubuh Handayani hingga telungkup, setelah itu kedua tangan kekarnya memegang pinggul Handayani dan menariknya hingga posisi Handayani kini menungging. Jantung Handayani pun berdebar-debar menanti akan apa yang akan terjadi pada dirinya.

Dan, "Aakkhh.. ja.. jangan di situu.., ough..!" tiba-tiba Handayani menjerit keras, matanya terbelalak dan badannya kembali menegang keras.
Ternyata Martinus berusaha menanamkan batang kejantanannya di lubang anus Handayani. Martinus dengan santainya mencoba melesakkan kejantanannya perlahan-lahan ke dalam lubang anus Handayani.
"Aaakh.. aahh.. sakit.. ahh..!" Handayani meraung-raung kesakitan, badannya semakin mengejang.

Dan akhirnya Martinus bernapas lega disaat seluruh kemaluannya berhasil tertanam di lubang anus Handayani. Kini mulailah dia menyodomi Handayani dengan kedua tangan memeganggi pinggul Handayani. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai dari irama pelan kemudian kencang sehingga membuat tubuh Handayani tersodok-sodok dengan kencangnya.
"Aahh.. aahh.. aah.. oohh.. sudah.. oohh.. ampun.. saakiit.. ooh..!" begitulah rintihan Handayani sampai akhirnya Martinus berejakulasi dan menyemburkan spermanya ke dalam lubang dubur Handayani yang juga telah mengalami pendarahan itu.

Akan tetapi belum lagi habis sperma yang dikeluarkan oleh Martinus di lubang dubur Handayani, dengan gerakan cepat Martinus membalikkan tubuh Handayani yang masih mengejan kesakitan hingga telentang. Martinus rupanya belum merasakan kepuasan, dan dia tanamkan lagi kejantannya ke dalam lubang vagina Handayani.
"Oouuff.., aahh..!" Handayani kembali merintih saat kemaluan Martinus menusuk dengan keras lubang vaginanya.
Langsung Martinus kembali menggenjot tubuh lemah itu dengan keras dan kasar sampai-sampai membanting-banting tubuh Handayani membentur-bentur lantai.

"Ouh.. oohh.. ohh..!" Handayani merintih-rintih dengan mata terpejam.
Dan akhirnya beberapa menit kemudian Martinus berejakulasi kembali, yang kali ini di rongga vagina Handayani. Begitu tubuh Martinus ambruk, kini giliran seseorang lagi yang telah antri di belakang untuk menikmati tubuh Polwan yang malang ini.
"Giliran gua. Gue dendam sama yang namanya polisi..!" ujar Jack.

Jack, begitulah orang ini sering dipangil, dia adalah residivis keluaran baru yang baru berusia 18 tahun, namun tidaklah kalah sangar dengan Frans atau yang lainnya yang telah berusia 30 sampai 40-an tahun itu. Kejahatannya juga tidak kalah seram, terakhir dia sendirian merampok seorang mahasisiwi yang baru pulang kuliah malam dan kemudian memperkosanya.

Jack memungut topi pet Polwan milik Handayani dan mengenakan ke kepala Handayani yang kini seluruh tubuh lemasnya mulai gemetaran akibat menahan rasa sakit dan pedih di selangkangannya itu. Setelah itu tanpa ragu-ragu Jack memasukkan penisnya langsung menembus vagina Handayani, namun Handayani hanya merintih kecil karena terlalu banyak rasa sakit yang dideritanya. Dan kini seolah semua rasa sakit itu hilang.

Beberapa menit lamanya Jack memompa tubuh Handayani yang lemah itu. Badan Handayani hanya tersentak-sentak lemah seperti seonggokan daging tanpa tulang. Akhirnya kembali rahim Handayani yang nampak kepayahan itu dibanjiri lagi oleh sperma. Setelah Jack sebagai orang kelima yang memperkosa Handayani tadi, kini empat orang yang lainnya mulai mendekat.

Mereka adalah anggota muda dari geng ini, usia mereka juga masih muda. Ada yang baru berusia 15 tahun dan ada pula yang berusia 17 tahun. Namun penampilan mereka tidak kalah seram dengan para seniornya, aksi mereka berempat beberapa hari yang lalu adalah memperkosa seorang gadis cantik berusia 15 tahun, siswi SMU yang baru pulang sekolah. Gadis cantik yang juga berprofesi sebagai foto model pada sebuah majalah remaja itu mereka culik dan mereka gilir ramai-ramai di sebuah rumah kosong sampai pingsan. Tidak lupa setelah mereka puas, mereka pun menjarah dompet, HP, jam tangan serta kalung milik sang gadis malang tadi.

Rata-rata dari mereka yang dari tadi hanya menjadi penonton sudah tidak dapat menahan nafsu, dan mulailah mereka menyetubuhi Handayani satu persatu. Dibuatnya tubuh Polwan itu menjadi mainan mereka. Orang keenam yang menyetubuhi Handayani berejakulasi di rahim Handayani. Namun pada saat orang ke tujuh yang memilih untuk menyodomi Handayani, tiba-tiba Handayani yang telah kepayahan tadi pingsan.

Setelah orang ketujuh tadi berejakulasi di lubang dubur Handayani, kini orang ke delapan dan ke sembilan berpesta di tubuh Handayani yang telah pingsan itu, mereka masing-masing menyemprotkan sperma mereka di rahim dan wajah Handayani serta ada juga yang berejakulasi di mulut Handayani.

Setelah keempat orang tadi puas, rupanya penderitan Handayani belumlah usai. Frans dan Martinus kembali bangkit dan mereka satu persatu kembali meyetubuhi tubuh Handayani dan sperma mereka berdua kembali tumpah di rahimnya. Kini semuanya telah menikmati tubuh Bripda Handayani sang Polwan yang cantik itu.

Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi, para anggota muda itu diperintah Frans untuk melepas tali yang dari tadi mengikat tangan Handayani. Kemudian mereka disuruh mengenakan dan merapikan seluruh seragam Polwan ke tubuh Handayani, hingga akhirnya Handayani komplit kembali mengenakan seragam Polwannya walau dalam keadaan pingsan.

Setelah itu Frans, Martinus dan Yonas menggotong tubuh Handayani ke mobil Kijang. Mereka bertiga membawa tubuh Handayani kembali ke tempatnya diambil tadi malam. Namun selama dalam perjalanan, tiba-tiba nafsu Yonas kembali bangkit, dia pun mengambil kesempatan terakhir ini untuk kembali memperkosa tubuh Handayani sebanyak dua kali. Dia akhirnya berejakulasi di mulut dan di rahim Handayani beberapa meter sebelum sampai pada tujuan. Frans dan Martinus yang duduk di depan hanya dapat memaklumi, karena nafsu sex Yonas memang besar sekali.

Setelah baju seragam Polwan Handayani dirapikan kembali, tubuh lunglai Bripda Handayani dicampakkan begitu saja di pinggir jalan yang sepi di tempat dimana Handayani tadi diciduk. Tanpa diketahui oleh Frans dan Martinus, Yonas diam-diam rupanya menyimpan celana dalam berwarna putih milik Handayani, dan menjadikannya sebagai kenang-kenangan.

Setelah itu mereka pun meluncur ke rumah kosong tadi untuk menjemput kawanan geng mereka yang masih berada di sana. Kemudian mereka bersembilan langsung meluncur menuju ke pelabuhan guna menumpang sebuah kapal barang untuk melakukan perjalanan jauh. Mereka pun berharap pada saat sepasukan polisi mulai melacak keberadaan mereka, mereka sudah tenang dalam pelayaran menuju ke suatu pulau di wilayah timur Indonesia.

TAMAT